Papa Rio diam membeku di tempat duduknya sekarang. Dia tidak bisa berkata apa-apa selain,
"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan Rio, Papa akan berusaha sekuat tenaga untuk terus mempertahankan kamu. Membiayai semua pengobatan kamu. Jadi kamu gak perlu jadi pendonor hati karena hati kamu sendiri akan tetap hidup di dalam raga kamu," sahut Papa Rio.
Dia jelas akan menolak niat baik Rio itu, dia tidak ingin anaknya kekurangan satu anggota tubuhnya. Walaupun Rio berniat menolong orang lain.
Di atas ranjangnya, Rio melengguh panjang, "Pa, Papa tahu sendiri apa kata dokter Fiko. Rio yakin tim dokter juga mulai nyerah. Kita gak bisa terus lari Pa. Ada saatnya Rio harus berhenti berlari dan memilih mundur ke belakang untuk kembali ke garis start.
Tangan Papa Rio naik mengurut keningnya, kepala terasa pusing. Lebih pusing dari sebelum-sebelumnya, "Ri! Jangan gini lah. Papa udah berjuang sejauh ini. Papa gak mau kamu nyerah gitu aja. Papa butuh kamu," balas Papa Rio.