Sampai jam istirahat selesai, Liona tidak banyak berbicara. Sesekali dia melihat ponselnya, mengecek apakah Lion atau Rio sudah membalas pesannya. Tapi, nihil! Tidak ada satupun jawaban.
Walau demikian Liona bersyukur, Bagas masih menghubunginya. Setidaknya kesehatan Bagas jauh lebih baik dibandingkan dua sahabatnya yang benar-benar kompak menghilang.
"Aku duluan. Bentar lagi bel, Kak titip bayar ya," ujar Liona.
Daripada duduk di kantin, lebih baik Liona menunggu bel tanda masuk ujian di depan pintu ruangannya.
"Yaudah. Semangat ya ujiannya. Kakak tunggu di parkiran ya," jawab Arkan.
Liona balas mengangguk. Tanpa bertanya lagi dia langsung pergi.
Setelah posisi Liona jauh dari kantin Ari berbisik pelan, "Adek lu kenapa?" bisiknya di telinga Arkan.
"Biasa. Kesepian dia, gak ada temen. Gue heran, dia kan wakil ketua OSIS, tapi dia gak punya temen akrab. Jadi sekarang dia kek luntang-lantung sendiri. Padahal siapa coba yang gak kenal sama Liona," jawab Arkan.
