Liona berlarian menuju tengah-tengah hamparan rumput sintetis yang bersih. Senyumnya mengembang, bahagia walaupun sesaat.
Setidaknya malam ini dia masih bisa menghirup udara segar, ditengah jantung kota dengan berbagai aktivitas penduduk.
Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tapi, mereka baru saja datang. Jadi lebih baik duduk sebentar, mengambil beberapa foto. Mengabaikan beberapa orang yang mulai pulang.
Arkan menyusul duduk di samping Liona. Memandangi wajah adiknya yang tertutup kamera.
Entah kenapa Arkan merasa hal yang lain pada Liona. Ada satu hal yang sulit untuk Arkan jelaskan. Oleh karena itu dia harus bertanya, "Liona," ucap Arkan pelan ditengah bisingnya kendaraan.
Liona menoleh, mengerahkan lensa kameranya pada wajah Arkan, tapi tangan Arkan menutup lensa itu. Membuat hasil foto Liona buruk. Hitam tak ada bayangan.
"Iiih! Kakak!" gerutu Liona kesal.
Badannya berbalik, mendidik objek lain yang ada di depan sana.