Liona tentunya heran dengan sikap Gio. Kenapa pria itu sangat membenci hujan. Padahal di bawah hujan, mereka bisa menangis dengan keras tanpa siapapun yang tahu.
Ide cemerlang tiba-tiba muncul di kepala Liona. Dia yang awalnya hendak pergi menjauhi Gio, berbalik mendekat. Meraih tangannya yang menganggur dan mengajak dia berlarian ke sana kemari.
Gio sempat berontak, dia berusaha melepaskan tangannya, namun Liona sigap.
Hujan bukan hanya membungkus jalanan, tanah ataupun danau tapi, juga tubuh dua remaja.
Baju mereka basah. Tapi, ada senyum yang tergambar di wajah Liona.
"Hwuaa!" teriak Liona ditengah derasnya hujan.
Wajahnya menengadah, menatap langit. Rintik demi rintik hujan jatuh membasahi. Namun dia biarkan sampai aliran cairan itu jatuh dengan sendirinya.
Jatuh tanpa tahu rasa lelah.
"Gue mau pulang! Lepasin gue!" teriak Gio marah.