"Mau ngomong apa Li?" tanya Rio setelah hampir 30 menit Liona bungkam.
Sedangkan Arkan hanya diam memperhatikan.
Liona berkali-kali menarik napasnya. Tentunya dia belum siap untuk menyampaikan kabar itu.
Saat tengah dilanda keraguan Mama Rio tiba-tiba datang, mengetuk pintu lalu masuk dengan membawa nampan makanan untuk Rio juga obat yang harus dia konsumsi.
"Makan dulu Ri, ini obatnya. Liona bisa bantu Rio makan kan?" tanya Mama Rio.
Astaga! Mama Rio benar-benar ya! Kenapa juga harus Liona yang menyuapi Rio. Padahal kan lebih etis jika Mamanya sendiri yang menyuapi putranya. Mungkin untuk yang terakhir kalinya.
"Suruh Bi Marni aja Ma," ujar Rio.
"Gak usah! Biar aku aja!" potong Liona.
"Yakin Li?" tanya Rio.
Dari matanya tampak Liona enggan dan merasa kurang nyaman dengan permintaan Mamanya.
"Yakin kok. Gue kan sahabat lo. Jadi kenapa gue harus nolak, sini Tan. Biar Liona aja," sahut Liona. Senyum simpul terbit di bibirnya. Senyum terpaksa.