"Liona!" teriak Arkan memanggil-manggil Liona sambil berlari mengejarnya.
"Liona, tunggu!" teriak Arkan lagi.
Liona sama sekali tidak menghiraukan teriakan kakaknya. Dia terus saja berjalan menuju mobil yang terparkir di parkiran belakang.
Liona juga kesal dengan Arkan, kenapa dia ikut campur dalam ide jahil itu?
Kenapa dia dan teman-temannya bohong, mereka bilang sedang sibuk mengurus berkas untuk kuliah, juga mengurus cafe tapi, nyatanya justru asik mengerjakan ide Bagas.
"Liona!" teriak Arkan.
Tangannya berhasil mencekam erat pergelangan tangan Liona yang hendak membuka pintu mobil.
Liona balas menghembuskan napasnya kasar. Lalu menatap Arkan dingin, tanpa bersuara. Tatapannya saja sudah menjelaskan jika dia jengkel pada kakaknya ini.
"Maafin Kakak dan temen-temen kamu, kita semua niatnya cuma mau ngasih kamu kejutan supaya ulang tahun kamu yang sekarang itu berharga dan kamu bisa mengenangnya. Udah itu aja!" jelas Arkan.