"Udah?" tanya Papi yang sama ketusnya seperti Arkan.
Liona hanya mengangguk, memalingkan wajahnya. Kesal dengan dua pria ini. Kenapa mereka harus marah! Gak bisa apa ngomong baik-baik?
"Kenapa lo?" tanya Bagas.
Tadi bahagia, sekarang jadi cemberut. Bete, apa iya ada Rio atau Lion di sana?
Liona kan gak mungkin bete kalau gak diusik, tapi kenapa Lion atau Rio di rawat di rumah sakit?
"Gak papa," jawab Liona ketus.
"Dih! Kok jadi galak gitu. Pasti ada apa-apa, iya kan?" goda Bagas.
Ya biasalah. Andalan Bagas, gak ngelawak ya bukan dia.
"Gak kenapa-kenapa Bagas!" sahut Liona tanpa mengurangi kadar ketus, marah, jengkel dan lain sebagainya.
Sementara Papi hanya diam mendengarkan. Dia tahu pasti ada masalah yang terjadi antara Liona dan Arkan.
Sedari awal dia sudah menduga akan hal itu, tapi Liona ngotot ingin membantu Arkan. Sok perhatian! Padahal Arkan belum tentu mau menerima bantuan dari Liona.
"Cepetan Papi," cicit Liona ketus.
"Hmm," gumam Papi.