Jam dinding kamar menunjukan pukul sepuluh malam. Namun, Liona justru semakin terjaga.
Matanya sama sekali tidak menandakan ingin terlelap, tentunya kepala Liona berisik dengan berbagai argumentasi.
"Apa bener Kak Arkan bukan kakak gue?" tanyanya pada diri sendiri.
Jawaban Papi ternyata tidak bisa membungkam pikiran Liona. Isi kepala tetap menuntut jawaban yang jauh lebih logis dengan berbagai bukti.
"Liona! Liona! Udah dong!" ucap Liona sambil memukul-mukul kepalanya saking lelah dengan dirinya sendiri yang terus saja memikirkan banyak hal.
Ting
Notifikasi pesan masuk sontak membuat Liona mengentikan gerakan tangannya. Lalu meraih ponsel yang tergeletak di nakas samping tempat tidur.
"Nomor siapa nih?" bingungnya saat melihat nomor asing yang baru saja mengirimkan pesan singkat berupa salam dan perkenalan nama.
"Assalamu alaikum Lio. Ini gue Arkan," tulis Arkan.
"Hah! Kok Kak Arkan punya nomor gue!" beo Liona.
