"B-Baiklah ... lepaskan tanganmu dari leherku!" pinta Putra Simon secara membentak.
Evan segera melepas cengkeramannya dari pemuda tersebut. Terlihat muncul memar berwarna merah di lehernya bekas cekikan dari Evan. Ia segera pergi meninggalkan Evan sendirian di lantai satu untuk pergi ke lantai dua, tempat kedua orang tuanya tidur.
Sembari menunggu, Evan memerhatikan sekeliling rumah, mulai dari furnitur, lukisan, hingga perabotan yang terbilang mahal. Ia menerka-nerka bagaimana Simon mendapatkan semua ini padahal dirinya hanya sebatas penasihat wali kota.
"Sebagian perabotan terbuat dari emas. Apa dia tidak takut dicuri?"
Dua puluh menit berlalu dan Evan belum mendapati keberadaan Simon di depan matanya. Ia curiga kalau mereka semua berniat melarikan diri dari tempat ini. Namun, setelah melihat harta karun mereka di lantai satu, cukup mustahil bagi mereka untuk meninggalkannya.