Jovan pulang tanpa menyapa siapa pun, pria itu langsung masuk ke arah ruang kerjanya. Raut wajahnya ke merah, mata bengkak dan berkaca-kaca.
Vero berlari, mengejar sang ayah sebelum pria itu menutup dan mengunci pintunya.
"Papa," panggil Vero, gadis itu menghampiri sang ayah dan duduk di samping.
"Iya sayang, kenapa?" tanya Jovan tanpa menoleh ke arah Vero.
"Papa, sudah mengatakannya?" lirih Vero.
Jovan mengangguk pelan, bersamaan dengan air katanya yang kembali mengalir tanpa bisa ia tahan lebih lama lagi.
Melihat keadaan ayahnya yang jauh dari kata baik, Vero memeluknya. "Maafkan Vero, Pa."
Pria itu mengusap pelan rambut anaknya. "Tidak Vero, ini salah Papa."
"Itu di tangan Papa, kertas apa?" Gadis itu mengambil kertas yang ia maksud dari tangan sang Ayah.