"Sayang, anak baru ya? Boleh ya? Mau ya?" bujuk Arevan sejak satu jam yang lalu. "Aku suka banget lihat perut kamu gede, kelihatan seksi."
Perhatian Celine pada ponsel di tangannya kini beralih, wanita itu melirik ke arah sang suami yang sedari tadi menempelinya seperti lintah.
"Sayangku, Momy..., janji aku belikan rumah baru. Nanti anak-anak kita yang sudah gede kita buang ke sana biar nggak cerewet," ujar Arevan dengan entengnya.
Celine mencubit pelan perut suaminya. "Mas, sembarangan banget kalau ngomong. Misal anak-anak denger, pasti kamu dikeroyok tuh sama mereka."
"Ya makanya jangan kasih tahu mereka, hehehe...."
Celine menghela napas lelah, "Kamu kayak nggak tahu saja anak-anakmu itu suka banget tiba-tiba muncul kayak hantu, terus nguping." Celine tertawa setelahnya, mengingat kelakuan konyol anaknya yang meniru Arevan.
"Emang anak-anak kurang ajar. Anakku memang cuman Jovan doang, yang lain nemu di parkiran. Jadi..., mau nggak, hmm? Satu saja, ya?" bujuk Arevan kembali.
