"Aduh, sakitnya!" seru Arevan saat Celine menekan luka di wajah tampannya.
"Halah manja, pas berantem kek jagoan. Dicolek lukanya dikit aja teriak-teriak!" sindir Celine sembari tidak henti menekan luka Arevan. Bibir pria itu sobek tetapi tidak terlalu parah.
"Revan, sudah selesai bel–" Ucapan Malvin terhenti begitu melihat pemandangan di depannya. "Astaga!"
Celine langsung turun dari pangkuan Arevan saat Malvin masuk. Wanita itu tidak berani menatap mata kakak pertamanya.
Secara sadar Celine mengerti bahwa semua orang melarangnya terlalu dekat dengan Arevan. Tapi, jika sudah berhadapan dengan pria itu, Celine terkadang lupa segalanya.
Lima bulan lebih ia sendirian, Celine merasa nyaman karena Arevan datang saat dia terpuruk sendirian dan butuh sebuah pelukan. Tapi, jika cinta, Celine tidak lagi berani memulainya. Ia takut mencintai dan takut diperlakukan seperti dulu.
"Ketuk pintu dulu kek, main masuk aja. Nggak sopan!" tegur Arevan.