Peyvitta mempersiapkan dirinya dengan cukup santai. Sekarang Peyvitta berniat untuk menemui orang yang waktu itu sudah menolongnya saat dirinya sedang kabur Ketika dikejar oleh orang suruhannya Santosa, tapi sampai saat ini Peyvitta belum tahu siapa orang tersebut.
Sekarang bukan dirinya yang menentukan soal waktu dan juga tempat. Semuanya seperti yang sudah Peyvitta ucapkan waktu itu, di mana tempat dan juga kapan waktu pertemuan mereka sesuai dengan permintaan orang yang sudah menolongnya.
Sebelumnya kalau Peyvitta tidak menghubungi orang tersebut, dirinya tidak harus makan malam. Saat Peyvitta tidak menghubungi orang tersebut, mereka juga kemungkinan tidak akan kembali bertemu, hanya saja Peyvitta ingin menepati apa yang sudah dia ucapkan.
Pada saat itu benar-benar Peyvitta merasa berterima kasih karena pada akhirnya orang tersebut mau menolongnya, apa yang sudah orang itu lakukan memang terbilang biasa saja, hanya bagi Peyvitta hal tersebut cukup berarti.
****
Peyvitta duduk dengan santai sambil menunggu orang itu datang. Peyvitta memperhatikan orang yang sekarang tengah berjalan menuju ke arahnya. Peyvitta ingat siapa orang itu, orang itu adalah orang yang waktu itu sudah memberikan tumpangan kepada dirinya.
Kedua mata Peyvitta terus memperhatikan orang yang sedang melangkahkan kaki panjangnya. Penampilan orang itu terlihat begitu keren, meski dengan outfit yang menurut dirinya adalah outfit yang biasa saja.
Saat sedang memperhatikan orang itu, ada sebuah perasaan yang tidak asing dalam diri Peyvitta saat dirinya tengah memperhatikan orang yang memiliki tubuh dengan tinggi sekitar 180 cm, kulit yang terlihat putih dan rambut pirang yang terlihat sedikit acak-acakan.
Cara dia berjalan dan juga penampilan dia sekarang membuat gue teringat akan seseorang, tapi siapa dia?
Peyvitta cukup tanda tanya akan hal ini. Hatinya seolah merasa tidak asing dengan orang itu, tapi pikirannya malah dibuat tanda tanya dengan siapa sebenarnya orang yang tengah melangkahkan kakinya sekarang.
Kenapa tidak asing, bukankah Peyvitta bisa mengetahui siapa orang itu dari wajahnya? Ya.
Inilah alasan utamanya, karena orang itu sekarang tengah menggunakan face mask berwarna hitam yang membuat Peyvitta kesulitan mengenali siapa orang itu, sebab dia tidak tahu bagaimana wajah orang itu.
Orang itu menghentikan langkah kakinya saat berada di depan meja Peyvitta, dengan begitu sopan Peyvitta berdiri dan mengukirkan senyumannya ke arah orang tersebut. Peyvitta begitu menyambut kedatangan orang yang sama sekali tidak dia ketahui.
"Silakan duduk, kamu mau pesan apa? Mau saya yang pesan atau kamu yang pesan sendiri?" tanya Peyvitta dengan penuh kebebesan. Peyvitta kembali duduk setelah orang itu berhasil mendaratkan pantatnya di kursi.
"Silakan," ujar orang itu dengan nada yang begitu enteng. Dirinya tidak ingin ribet-ribet memesan makanan, lagi pula Peyvitta sudah menawarkan kalau dirinya yang akan memesan makanan.
Peyvitta akhirnya memesan makanan untuk orang itu. Setelah memesan makanan, Peyvitta masih penasaran dengan sesuatu hal. Peyvitta kesulitan untuk menghentikan rasa penasaran yang sampai saat ini masih berputar di dalam pikirannya.
"Kenapa gak dilepas maskernya?" tanya Peyvitta setelah beberapa saat dirinya hanya mampu memperhatikan orang yang berada di hadapannya yang sampai saat ini masih tidak melepaskan face mask-nya.
"Memangnya kenapa?" tanya balik orang tersebut sambil membenarkan posisi face mask-nya.
Beberapa saat Peyvitta terdiam sambil mencari alasan yang bisa dia gunakan agar orang tersebut mau melepaskan face mask yang membuat Peyvitta tidak bisa mengenali siapa orang tersebut, tapi sudah ada sebuah kemungkinan kalau Peyvitta merasa tidak asing dengan orang tersebut.
"Kan mau makan?" Cukup masuk akal, karena tidak mungkin jika orang tersebut akan makan dengan keadaan mulut yang tertutup masker seperti ini.
"Sekarang belum makan." Dengan enteng orang tersebut malah mengucapkan kalimat ini, tapi kalau dipikir ulang apa yang sudah orang itu ucapkan memang benar. Di waktu sekarang memang dirinya belum makan, bahkan makanan yang sudah Peyvitta pesan saja belum sampai di meja mereka.
"Oh, iya." Peyvitta malah semakin kesulitan membujuk orang tersebut agar mau membua maskernya. Peyvitta terus memperhatikan sorot mata orang tersebut, yang sekarang tengah fokus pada ponselnya.
Kenapa gue merasa begitu tidak asing ya dengan dia?
Memperhatikan deretan bulu-bulu alisnya yang tersusun dengan begitu rapi, serta memperhatikan bentuk hidung atasnya yang terbentuk di maskernya membuat Peyvitta semakin yakin kalau memang dia tidak asing dengan orang tersebut.
"Ada apa?" tanya orang tersebut setelah beberapa saat dirinya menaikkan pandangannya dan ternyata Peyvitta sedang memperhatikan dirinya.
"Eh-hh gak ada apa-apa," jawab Peyvitta sambil menggelengkan kepalanya. Memang Peyvitta kebingungan untuk memberikan sebuah jawaban akan pertanyaan yang sudah orang itu ajukan.
"Kenapa memperhatikan saya dengan tatapan yang seperti itu? Ada yang salah?" tanya orang itu lagi yang memang dirinya merasa kalau tatapan yang Peyvitta berikan pada dirinya begitu berbeda, seperti ada seseuatu yang mendasari tatapan Peyvitta yang seperti ini.
Gak ada yang salah sih, hanya saja ada yang penasaran.
Memang kalau membahas tentang sesuatu yang salah itu tidak ada. Apa yang orang itu lakukan juga tidak salah. Semua itu haknya kalau dia mau terus menggunakan masker, hanya saja Peyvitta merasa begitu penasaran dengan siapa sosok laki-laki yang sekarang tengah berada di hadapannya.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, sama sekali tidak ada yang salah."
"Oh," ujar orang dengan menggunakan nada yang begitu datar dan kembali memainkan handphone-nya.
"Iya." Peyvitta menarik napasnya dengan begitu panjang sambil mencoba untuk menghilangkan berbagai rasa curiga dan juga penasaran yang terus-terusan menghantui pikirannya.
"Ada yang kamu ingat?" tanya orang itu setelah dia menyimpan handphone-nya dan menjadi begitu fokus memperhatikan Peyvitta.
Kening Peyvitta mengernyit dengan penuh kebingungan. "Yang saya ingat? Apa yang saya ingat?" Di sini Peyvitta malah tanda tanya sendiri mengenai hal yang dimaksud.
"Apakah kamu tidak ingat akan seseorang?" tanya orang tersebut.
"Seseorang?" Peyvitta mengernyit sambil memikirkan kalimat yang dimaksud oleh orang tersebut, tapi setelah beberapa saat berpikir, dia sama sekali tidak mengingat siapa pun. "Tidak, saya tidak ingat akan seseorang."
"Jadi, kamu tidak ingat siapa saya?" Orang itu begitu menunggu sebuah kesimpulan dari pertanyaan yang sudah dia ucapkan.
Gue gak inget siapa lo, tapi hati gue seolah begitu kenal dekat dengan lo.
Hal yang sedari tadi memberatkan Peyvitta memang hatinya. Peyvitta sebelumnya tidak pernah memikirkan hal ini terlalu jauh, tapi hatinya seolah memaksanya untuk terus memperhatikan orang yang ada di hadapannya sambil mengingat ulang apakah ada sebuah kenangan masa lalu antara dirinya dan juga orang tersebut.
"Memangnya siapa kamu?" Peyvitta akhirnya bertanya, karena dia sudah tidak ingin terlalu lama memikirkan sesuatu yang sudah sejak tadi dia pikirkan.
"Saya ...."