"Di sudut ruangan indah dari rumah mewah putih berseri, terdapat seseorang yang tampan, berambut panjang dan... kenapa wajahmu seperti itu?" Ejekku.
"Ini semua karenamu! Dasar wanita pembawa petaka!"
"Hahaha! Berani sekali kau memukul pangeran bukankah itu gawat?" tanyaku.
Balbot mengacaukan rambutnya sembari berteriak tidak jelas. Saat ini kami sudah kembali ke kediaman Hokers berambut panjang itu, Balbot hanya dapat merenung di ruang tengah tanpa mengganti pakaian. Aku pun menemaninya karena kasihan melihat dirinya yang depresi berat.
"Betapa bodohnya aku! Kenapa aku terbawa suasana?!" gumamnya.
Sepertinya dirinya tidak menyangka akan melakukan itu. aku saja terkesiap saat dirinya berdiri dan memukul wajah pangeran. Namun di mata para warga pangeranlah yang patut di salahkan atas tindakan Balbot.
"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanyaku.