"Kau bercanda kan?" tanya Joe.
"Apa kakak cantik ini akan berbohong pada adik manis di depanya?" jawabku.
Dia panik.
"Tunggu Hera, sejak kapan dadamu membesar?" tanya Lavanya.
Reaksi menyeramkanku langsung hilang karena pertanyaan konyolnya.
"Bisakah kau diam!" batinku padanya.
"Maaf!"
"Jadi bagaimana dengan ibumu? Apa dia mengetahui tentang pembunuhan ini?" tanyaku.
Dia menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba dia langsung bersujud padaku.
"Tolong jangan bunuh ibuku! Kau boleh membunuhku dan mengambil apa yang aku miliki dariku tapi aku minta tolong padamu untuk melepaskan ibuku!"
Ternyata dia berani juga dalam mengambil tindakan, saat aku ingin menjawab pertanyaannya pintu terbuka.
"Tuan muda kita akan... apa yang kau lakukan?" Tanpa bertanya dia sekonyong-konyongnya mengeluarkan sihir airnya dan mengarahkan pedangnya padaku.