"Kereta ini masih belum berhenti juga?" Keluhan demi keluhan terlempar dari mulut kecil Lavanya yang menempel pada kaca gerbong.
Laki-laki itu pergi ke depan ruang pengemudi dan kami masih terduduk lesu dengan menatap luar jendela. Sedikit membosankan karena lebih praktis menggunakan Azfar dari pada kereta uap ini.
"Bosan...!"
Aku mulai menelusuri gerbong ini dan kembali ke pintu yang hendak aku buka tadi. Saat terbuka ternyata pintu ini menuju luar gerbong tapi di depanku juga berdiri sebuah pintu lagi.
Pintu demi pintu aku buka hingga sampai di gerbong ke empat.
"Waw! Bukankah ini lebih baik dari pada tiga gerbong sebelumnya?"
Kami di pertemukan dengan sebuah gerbong yang memiliki sofa di dalamnya, beberapa kursi, dan kasur.
"Aaah! Enak sekali!" Lavanya melompat ke arah kasur.
Black Pearl masih sibuk memeriksa lemari yang memiliki aroma sedap. Aku melangkah terhuyung-huyung dan menggeser tubuh kecil Lavanya untuk tidur bersamanya.