Setelah memastikan jika tidak ada yang terluka karena suara tembakan tadi, Mina dan kedua lelaki itu memutuskan untuk menerjang badai.
Mereka berencana masuk ke dalam sana secara terang-terangan tanpa melakukan aksi gila seperti mengendap-endap seperti pencuri atau membereskan semua pereman yang menjaga tempat itu, baru masuk ke dalam.
Tidak seperti itu, Mina langsung berjalan lurus melewati beberapa pereman yang menjaga di sekitar gang tersebut dengan tenang.
Bahkan wanita bertubuh kurus itu berjalan dengan santai dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Sementara Azel berjalan mengekorinya dengan menyeret dua orang pereman yang telah ia hajar dengan sebelah tangannya.
Tak jauh berbeda dengan Arci. Lelaki itu hanya berjalan sama santainya dengan Mina dan langsung berjalan menuju tempat TKP.
"Selamat malam menjelang pagi untuk Anda sekalian." Mina berucap dengan mengulas senyumannya.
Lelaki paruh baya pemilik tempat itu langsung menatap wajah Mina dan kedua lelaki yang tidak ia kenal dengan tatapan tidak senang.
Sementara Azel langsung melemparkan kedua anak buah lelaki itu dengan kasar ke hadapan kakinya.
"Siapa kalian?" tanya lelaki paruh baya itu, memandang wajah Mina yang menatapnya dengan dingin.
Sementara Mina malah terlihat sangat santai dan tidak menghiraukan segala tekanan yang ia dapatkan baik dari bos tempat itu maupun tatapan horor dari para bawahannya.
Padahal seluruh lelaki berbadan besar yang menjadi bawahan lelaki itu sudah mulai mengeluarkan berbagai macam senjata api dan tembak.
"Huff ... tadinya kami mau datang ke pelelangan untuk membeli kedua anak itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku mendengar barangku berteriak kesakitan." Mina menatap kedua anak itu dengan pandangan dingin hingga membuat mereka ketakutan dan menangis dalam diam.
"Jadi mau tidak mau aku harus memastikan apa barangku rusak atau tidak." Mina berjalan mendekat ke arah lelaki berperut buncit itu dan mendekatkan wajahnya ke arahnya.
"Kamu tahu, Pak. Aku akan membeli mereka dengan harga yang begitu tinggi karena ada seseorang yang menunggu mereka dan jika mereka berdua terluka barang sedikit apa pun! Baik luka fisik dan mental, aku akan menguliti dirimu dan semua orang yang ada di sini."
Mina menjauhkan dirinya dan kembali berdiri dengan tegap sambil menatap kedua orang yang mencengkeram bahu kedua anak kecil itu begitu kuat.
"Lalu aku akan menjual seluruh organ kalian! Lumayan, kan? Kamu yang berada di tempat seperti ini pasti tahu berapa banyak yang akan aku dapatkan jika menjual seluruh organ kalian, haha ...."
Lelaki paruh baya itu langsung melirik ke arah dua anak buahnya yang menahan tubuh dua anak kecil itu.
Kedua preman itu langsung melepaskan kedua bocah itu dan membiarkan mereka terduduk di atas lantai dengan tatapan takut saat melihat wajah Mina.
Arci sedikit ragu saat melihat adiknya. Namun Azel meliriknya dengan tatapan tajam dan dingin untuk memperingatkan Arci untuk tidak bertindak secara mencurigakan.
Arci pun memutuskan untuk berjalan keluar dari pada menatap wajah Mina yang begitu kejam dan dingin. Di saat seperti ini, Arci malah merasa tidak mengenali Adiknya sendiri. Ia orang yang berbeda dalam tubuh yang sama. Setidaknya itulah yang bisa di percayai oleh Arci.
"Mau ke mana kau? Tetaplah di sini dan bawa kedua anak itu ke dalam mobil." Mina menatap Kakak lelakinya yang hendak meninggalkan tempat.
Arci menelan ludahnya kasar dan menoleh ke arah Mina dengan tatapan ragu. Namun sekali lagi Azel memperingati dirinya untuk tidak mengacaukan suasana menegangkan ini.
Arci hanya bisa diam dan mendekati kedua anak itu. Namun tiba-tiba kedua lengannya di belenggu oleh dua orang pria yang tidak membiarkannya mendekati kedua anak tersebut.
Arci menoleh ke arah Mina. Sementara Mina menatap lelaki paruh baya itu dengan sorot mata dingin.
"Jika aku berpikir lagi, sebaiknya aku membelinya sekarang juga. Bagaimana? Jika lewat pelelangan, bukankah uangmu akan terpotong untuk biaya adminnya? Namun jika aku membelinya langsung darimu, kamu tidak akan rugi. Bagaimana?" Mina mulai bernegosiasi dan lelaki itu tampak memikirkan perkataan Mina dengan serius.
"Berapa harga yang kau tawarkan?"
"1 miliar!"
"Kenapa banyak sekali jika untuk di jadikan budak? Pasti ada sesuatu yang berharga dari mereka, benar?"
Mina tersenyum dan menatap kedua anak itu dengan tatapan culas dan menakutkan.
"Bagaimana ya? Mereka akan di jadikan sebuah objek penelitian, 1 miliar untuk mereka berdua. 1 miliar lagi untukmu tutup mulut. Bagaimana?"
Lelaki itu terlihat sangat senang dengan tawaran Mina. Bahkan ia langsung mengulurkan tangannya untuk melakukan Deal dengan Mina.
Namun Mina tidak balas menjabat tangannya dan segera mengeluarkan sebuah cek yang di tuliskan angka 2M di dalamnya.
Lelaki paruh baya itu langsung secarik cek uang tersebut dan mengkode anak buahnya dengan menggunakan gerakan dagunya.
Namun tiba-tiba saja seorang lelaki menusuk Mina saat gadis itu hendak berbalik menatap Azel di belakangnya. Alhasil, kejadian tersebut membuat semua orang terkejut termasuk bos tempat tersebut.
Bruk ....
Mina langsung tersungkur di tanah karena itu terjadi begitu mendadak sampai tidak ada yang menyadari pergerakan lelaki tersebut.
Azel dan Arci langsung berlari ke arah Mina dan menatap keadaan Mina yang cukup mengenaskan dengan darah yang merembes deras di permukaan jasnya.
Lelaki paruh baya yang melihat tindakan tersebut langsung bangkit dari tempatnya dan mendorong anak buahnya untuk menjauh dari Mina dan ia segera mencabut pisau tersebut.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menusuknya?!" marah lelaki paruh baya itu, langsung meminta anak buahnya yang lain membawakan kotak P3K.
Bahkan lelaki paruh baya itu langsung memangku kepala Mina di atas pangkuannya dengan hati-hati.
Mina tampak terengah-engah menahan sakit di pundaknya. Ia bahkan tidak memedulikan apa yang tengah terjadi di sekitarnya karena terlalu sibuk menahan sakitnya.
"A-anak itu, Azel. Amankan mereka terlebih dahulu. Jangan bi-biarkan mereka melihat hal seperti ini. I-ini tidak baik untuk kesehatan mentalnya," ucap Mina, tergagap.
Azel yang terlihat begitu cemas hanya bisa mematuhi perintah itu agar Mina tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga hanya untuk memerintahkan dirinya.
Azel langsung bangkit dan membawa kedua anak itu keluar dari tempat tersebut. Sentara Azel tampak begitu marah dengan lelaki yang menusuk Mina karena salah mengartikan perintah atasannya.
"Bagaimana Anda mempertanggung jawabkan perbuatan anak buah Anda? Nonaku terluka begitu parah karena kelalaiannya!" ucap Arci, menatap geram ke arah lelaki paruh baya itu.
Dengan membantu Mina menangani lukanya, lelaki paruh baya itu menatap seorang lelaki berambut panjang dengan tatapan lekat dan lelaki itu langsung menganggukkan kepalanya mengerti.
"Aku akan menghukumnya. Sebelumnya maafkan anak buahku, Nona. Ia masih begitu baru masuk ke dalam perkumpulan ini. Ia masih begitu gegabah hingga tidak paham dengan baik apa yang di beri tahukan. Sungguh maafkan aku."
Lelaki paruh baya itu tampak begitu lembut membalut luka Mina. Bahkan Mina tidak merasa sakit yang begitu parah setelah lelaki itu menangani lukanya.
"Ya, aku tahu hak itu. Terlihat dari caranya menusuk. Jadi jangan menghukumnya terlalu keras dan terima kasih karena Anda begitu baik dengan mau mengobati luka ini secara langsung."
Lelaki paruh baya itu tersenyum pelan. "Saya punya anak perempuan. Tapi ia sudah tiada karena sebuah kasus dan Anda begitu mirip dengannya. Aku sangat menyayanginya, jadi bagaimana bisa aku berlaku kasar kepada gadis yang mirip dengannya?"
Mina tersenyum tipis. "Ternyata ini alasan Anda tidak bertindak kasar walaupun aku sudah kurang ajar dengan masuk ke dalam markas Anda dengan sembarangan. Hemh ... ternyata Anda memiliki hati yang lembut," ucapnya, sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.