Clek ...
Tama berjalan keluar dari kamarnya dengan membawa bantal dan selimut. Sementara Mina sudah terlelap di atas ranjang dengan nyaman.
"Loh, Tuan? Kenapa Anda keluar kamar?" tanya seorang lelaki berusia 38 tahun, saat melihat Tama yang keluar dari kamarnya dengan membawa bantal dan selimut.
"Pak Rusdi, Anda sudah kembali dari pulang kampung hari ini. Apa ibu sudah sehat? Anda kembali lebih cepat dari perkiraan saya."
"Sudah Tuan. Alhamdulillah. Beliau bahkan membuatkan Anda tape ketan hitam saat sembuh. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah mengizinkan saya pulang di hari penting Anda. Terima kasih, Tuan."
"Sama-sama, Pak. Saya tidak melakukan apa-apa. Syukurlah jika Ibu sudah sehat. Kalau begitu selamat beristirahat." Tama berjalan ke arah sofa dan menata bantal serta selimutnya di sana.
"Tuan, kenapa Anda tidur di sana? Anda belum menjawab pertanyaan saya," ucap Pak Rusdi, mengikuti langkah Tama.
Tama baru sadar hal itu dan menatap wajahnya dengan tatapan bingung harus menjawab apa.
"Apa Nyonya tidak mau tidur bersama?" tanya Pak Rusdi, tepat sasaran.
Tama hanya tersenyum dan mengangguk pelan. "Silakan beristirahat. Selam–"
"Saya akan bersihkan kamar tamu untuk Anda sebelum istirahat. Tunggu sebentar, Tuan."
Pak Rusdi langsung meletakan barang-barang di tepi jalan dan pergi ke ruang tamu yang ada di bagian depan rumah Tama dan membersihkan kamar tersebut dengan cepat.
Tama hanya bisa menghembuskan napasnya kasar dan menatap lelaki paruh baya itu dengan pandangan lelah.
"Anda sudah lelah karena pulang larut malam. Seharusnya Anda pergi beristirahat, Pak."
"Haih, Tuan. Tolong perlakukanlah saya selayaknya pekerja di rumah ini. Ini sudah tugas saya sebagai pekerja Anda di rumah. Saya juga berterima kasih karena Anda sudah menjaga putri saya dengan baik selama saya pergi. Terima kasih, Tuan."
Tama pun diam dan hanya bisa memperhatikan Pak Rusdi dari ambang pintu sampai lelaki itu selesai merapikan kamar tersebut.
"Tuan? Kenapa Anda belum tidur? Ini sudah lewat dari jam 09:00 malam. Apa Anda membutuhkan sesuatu?" tanya seorang gadis berusia 16 tahun, mendekati Tama dengan mengucek matanya.
Tama menolehkan kepalanya dan menatap wajah Hara, anak perempuan dari Pak Rusdi yang terbangun di tengah tidurnya seperti biasa, untuk mengambil air.
"Oh ... Hara. Ayahmu sedang membersihkan kamar untukku. Aku sedang menunggunya. Ia sangat keras kepala. Aku sudah menyuruhnya istirahat tapi ia tetap mau melakukannya. Maafkan aku," ujar Tama, dengan wajah bersalah.
Namun Hara malah menatapnya dengan tatapan aneh dan mengulas senyuman lembut sambil menatap Ayahnya yang tersenyum sekilas saat melihat dirinya.
"Terkadang Tuan terlalu sungkan kepada kami. Kami ini hanya pekerja yang memang selayaknya bekerja untuk Anda. Jadi Anda tidak perlu merasa terlalu sungkan saat melihat kami bekerja walaupun itu sudah larut malam. Kami bekerja karena di gaji, Tuan." Hara menjelaskan hal itu dengan senyuman lega dan wajah penuh syukur saat memiliki majikan sebaik Tama.
"Hah ... baiklah. Aku hanya tidak ingin kalian terlalu lelah. Bekerjalah sesuai gaji kalian."
"Gaji kami bahkan lebih besar dari para pembantu di rumah tetangga. Anda tidak perlu khawatir, Tuan." Hara kembali menjelaskan dengan terkekeh pelan melihat wajah Tuannya yang benar-benar terlihat sungkan saat ini.
"Baiklah."
"Sudah selesai, Tuan. Selamat beristirahat dan kamu Hara, cepat lakukan apa keperluanmu dan kembali tidur. Ini sudah larut dan besok kamu mulai sekolah di sekolah baru itu," tutur Pak Rusdi, dengan menegur putri semata wayangnya.
"Baik Ayah. Selamat istirahat Tuan, Ayah."
"Selamat malam," jawab kedua lelaki itu, membiarkannya pergi.
Ting ... tong ...
Pak Rusdi dan Tama saling menatap beberapa saat sebelum akhirnya Tama menatap jam dinding yang ada di dekatnya.
"Siapa yang bertamu semalam ini?" ucap Tama, menatap Pak Rusdi yang berjalan membuka pintu untuk seseorang tersebut.
"Sepertinya Tuan Johan. Hanya beliau dan Nona Sari yang bisa bertamu selarut ini."
"Johan dan Sari libur hari ini. Jadi itu tidak mungkin mereka berdua. Pasti orang lain."
"Hem ... saya tidak tahu, Tuan. Tapi jika Pak Rahman membiarkan masuk berarti ia bukan orang aneh, bukan?"
"Anda benar."
Clek ...
Pak Rusdi membuka pintu dan terlihat seorang lelaki muda berusia tidak jauh dari Tama tengah berdiri di depan mereka dengan mengenakan pakaian rapi. Setelan jas hitam dengan dasi berwarna hitam lengkap dengan sebuah koper besar yang ada di samping kanannya.
"Selamat malam, Tuan." lelaki itu membungkukkan kepalanya sejenak memberikan penghormatan kepada Tama dan Pak Rusdi yang ada di depannya.
"Saya adalah Azel, sekretaris Nona Mina. Maaf jika saya bertamu semalam ini. Sepanjang sore saya memiliki urusan karena Nona Mina memberikan beberapa pekerjaan kepada saya. Jadi saya baru bisa kemari larut malam. Maafkan saya," ucap Azel, kembali membungkukkan badannya sambil menyerahkan kartu namanya.
Pak Rusdi menolehkan kepalanya ke arah Tama dan menatapnya dengan bingung. "Tuan?"
"Persilahkan masuk. Saya akan memanggil Mina turun," ucap Tama, hendak pergi.
"Tunggu, Tuan. Itu tidak perlu. Saya kemari hanya untuk memberikan koper ini. Jika Nona sudah tidur, Anda bisa memberikannya besok pagi. Yang terpenting barang ini sudah berada di dalam rumah ini. Kalau begitu saya akan pamit sekarang. Selamat malam." Azel kembali membungkukkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan rumah itu setelah memberikan kartu nama tersebut kepada Pak Rusdi.
Tama hanya mengerjapkan matanya bengong dan menatap koper yang ada di luar pintu. "Bawa masuk kopernya. Letakan di kamar saya. Setelah itu silakan istirahat."
"Baik, Tuan. Selamat malam," ucap Pak Rusdi, berjalan pergi bersama dengan koper tersebut.
Sementara itu Tama berjalan keluar rumah dan menghampiri pos satpam yang ada di bagian dalam gerbang rumahnya.
"Pak Rahman." Tama memanggil satpam muda yang bekerja di rumahnya dengan suara tegas.
Lelaki berusia 32 tahun itu langsung keluar dari posnya dan menghampiri Tama yang ada di depan.
"Ya, Tuan? Apakah Anda memerlukan bantuan saya?"
"Tidak. Saya hanya mau bertanya. Siapa lelaki itu?"
"Tuan Azel? Beliau adalah Asisten Pribadi Nyonya Mina. Beliau sudah bekerja selama 4 tahun di bawah Grup Kinza dan menjadi mengawal Nona Mina secara pribadi mulai saat ia bekerja di sana sampai sekarang," jelas Pak Rahman, lancar.
"Sejak kapan ia masuk ke dalam perusahaan itu?"
"Sekitar umur 16 tahun. Jadi beliau sudah bekerja selama 8 tahun di bawah Nyonya. Ada apa, Tuan?"
"Tidak. Ia terlihat sangat patuh tapi sorot matanya begitu tajam saat menatap saya. Jadi saya sedikit waspada kepadanya."
"Ia bukan orang yang aneh. Saya cukup mengenalnya dengan baik. Anda tidak perlu merasa cemas."
"Benarkan?"
"Ya, Tuan."
"Berarti Anda tahu jika ia adalah Tuan Muda dari keluarga Billion? Ternyata relasi Anda cukup bagus di dunia bisnis ya?!"