Laras tampak lambat dalam menyadari situasinya, namun ia merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya.
" Da-darah " teriak Laras ketika melihat bajunya yang sudah di banjiri darah. Di pegang bahu kirinya tempat yang mengeluarkan darah, ternyata ia tertembak.
Tapi bagaimana bisa? Bahkan ia tidak tau kapan ia di tembak, dan tidak ada suara tembakan.
Kedua tangannya telah bersimbah darah karena memegang bahunya, seketika Laras berlari dengan langkah tertatih karena sebelah bahunya yang sangat sakit.
" SIAPA KALIAN, HAH?" teriak Laras dengan nafas terputus-putus.
" BUKANNYA KALIAN SURUHAN LENA?" tanya Laras lagi. Kini ia sedang di belakang sofa agar bisa berjongkok menghindari tembakan Damar.
Damar tertawa, seolah menikmati teriakan Laras.
" Bukankah rekaman suara Anda harus di buat lebih nyata, hm? Pisau dan pistol, tentu saja Anda harus benar-benar merasakan siksaan itu agar Lena semakin percaya " ujar Damar.