"Mas … kamu nggak mampir dulu?" tanya Suci pada Akbar.
"Nggak usah, Sayang. Makasih," tolak Suci dengan sangat halusnya atas apa yang menjadi penawaran dari wanita yang telah bertahta di dalam relung hatinya saat ini.
Sehingga pada akhirnya tidak banyak yang bisa Suci lakukan selain membiarkan saja lelakinya itu untuk pergi.
"Ya sudah, take care, Mas." Akbar hanya mengulum senyum renjana saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh Suci.
"Siap, Nyonya." Suci pun tak mau menampik kalau apa yang Akbar katakan barusan sudah lebih dari cukup untuk membuat moodbooster milik Suci menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Bagaimana tidak semua itu bermula ketika mereka sedang jalan-jalan di kawasan Malioboro dan ponsel milik Akbar berdering dengan sangat nyaring. Dan setelah sambungan telepon itu terputu, Akbar menjadi orang yang aneh, bukan hal yang sulit untuk Suci bisa merasakannya. Bagaimana pun kedekatan mereka tidak berjalan baru kemarin sore.