"Nggak Ma, Pa, kita semua bertuhan yang sama dengan Ghea. Hanya saja aku mau tegaskan di sini kalau semuanya tidak semudah yang kita pikirkan. Jangan ukur dalamnya samudra kalau kita hanya berdiri di bibir pantai." Hadi, Naya, dan juga Athira kala mendengarkan perkataan Malik lantas saja bungkam, sekuat apa pun dia memutar otaknya tetap saja yang mereka temui adalah jalan buntu.
"Nggak ada lagi 'kan yang perlu kita bicarakan? Aku mau ke kamar dulu," tutup Malik tegas. Lagi dan juga lagi tidak ada bantahan yang dapat dia dapatkan.
Malik pun membawa kedua kaki jenjangnya menuju lantai tempat kamarnya berada.
Kalau Malik boleh jujur yang saat ini memenuhi pikiran Malik bukan lagi sosok Ghea, melainkan Firman. Untuk menjelaskan ini pada Suci atau pun bersama Akbar tidaklah mudah.