"Aku nggak tahu kenapa, tapi hatiku bilang harus ikuti Akbar, Kak!" Malik hanya diam, sampai saat ini tidak ada pergerakan yang berarti dari lelaki bermanik mata gelap segelap obsidian itu.
"Kamu tahu kenapa?" Dan Firman dengan entengnya menggelengkan kepalanya atas apa yang dikatakan oleh Malik barusan.
"Tidak, Kak!" jawab Firman pun tak kalah ringannya. Seakan-akan tidak ada lagi beban yang mengganjal di hati keduanya.
"Karena darah akan selalu lebih kental dari air, Man." Sebelah alis milik Firman terangkat saat mendengar apa yang Malik katakan.
"Maksud kakak yang sakit itu Tari?!" tanya Firman dengan nada yang terdengar seperti sedang mendesak.
"Seandainya kakak punya pilihan untuk berkata tidak, maka tanpa kamu minta pun kakak akan berkata tidak."
DAR!
Apa yang Malik katakan itu sudah lebih dari cukup untuk merobohkan benteng pertahanan miliknya.