Mimpi membagunkan Samanta sementara Larry terkejut mendengar teriakan darinya. "Ta, ada apa?" Larry meraih pundak Samanta. Dia melihat bulir peluh menempel di pelipis wanitanya. "Kamu mimpi buruk?" Larry menyeka keringat Samanta dengan tangan.
"Aku sering seperti ini, Larry. Maaf kalau aku sudah membangunkanmu."
"Nggak apa-apa. Ini bukan kesalahan kamu." Larry memeluk Samanta. Tangannya pun mengusap kepala Samanta agar kenyamanan didapatkan oleh wanita itu.
Semakin ingin melupakan, Samanta justru lebih sering bermimpi. Status dan semua bulian dari masa lalu tak pernah mau meninggalkannya. Samanta sudah mencoba tampil sempurna saat berkerja namun dalam kesendirian masih banyak intimidasi yang diterima.
"Itu hanya mimpi saja. Sekarang tidur lagi ya. Aku ada di sini." Larry menuntun Samanta berbaring. Dia pun menyelimuti wanitanya hingga leher.
Mata Samanta sulit untuk terpejam. Dia menolak untuk memimpikan hal buruk lagi. "Larry, bisa kah kamu memelukku lagi?"