Maila dan Keizaro tidur bersebelahan. "Bagaimana hatimu, Ai? apa kamu sudah bisa mencintaiku?"
"Jangan bahas itu sekarang, Kei. Aku lelah dan mengantuk."
"Baiklah. Aku akan selalu menunggu kesiapan kamu." Keizaro mendekatkan tubuhnya pada Maila lalu memberikan pelukan. "Tidurlah! seharian ini kamu pasti lelah. Kamu dan anak kita perlu istirahat." Maila tidak menolak. Rasa mual yang dia alami selalu saja membaik setiap kali mendapatkan kenyamanan dari Keizaro. Perlahan mata mereka terpejam. Malam pengantin pun dilewatkan tanpa melakukan gempa lokal di atas tempat tidur.
Pagi ini Maila bangun tanpa muntah. Sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. "Mungkin saja karena tadi malam aku sudah muntah dan minum obat pereda mual," pikir Maila. Dia melihat tangan Keizaro mau bertumpu di pinggangnya. Maila tidak bisa beranjak dari ranjang. Dia tidak mau membangunkan suaminya.
