Samanta belum masuk kantor. Dia masih ingin menghabiskan waktu bersama Larry mumpung Ed memberikan izin libur. Ternyata bukan hanya Larry dan Samanta saja yang tidak masuk kantor. Atasan mereka pun sama.
Bell pintu berbunyi. Samanta pikir itu adalah salah satu pelayan dari rumah Sherin. Sudah sering dia menolak bantuan tersebut namun Sherin tak pernah menggubris penolakannya. Samanta membuka celemek di dada. Dia sempat menyiapkan roti panggang untuk sarapan bersama.
"Sherin!" Samanta terkejut. Dia melihat keluarga atasannya datang bersama dua orang pengasuh anak-anak.
"Kenapa terkejut? kamu nggak suka melihat kedatangan kami?"
"Bukan begitu, Sherin! semakin hari kenapa kamu semakin cerewet?"
"Kamu akan marasakannya setelah menjadi seorang ibu. Anak-anakku sangat menggemaskan sampai aku harus meningkatkan Teknik bicara. Harus bisa menyanyi, membacakan dongeng, dan berceloteh di depan mereka. Mungkin terlalu banyak berlatih akhirnya aku seperti sekarang."