Chereads / Who Are You? (WAY) / Chapter 16 - Menikahlah Denganku

Chapter 16 - Menikahlah Denganku

Marisa terus berlari dan masuk ke dalam toilet wanita. Mau tidak mau Ardo yang menyusulnya hanya bisa sampai di depan pintu. Tidak mungkin dia masuk ke dalam toilet wanita.

Marisa menangis sejadinya, dia tidak menyangka jika dia sudah melakukan hal terlarang dengan Daniel. Dia mengumpulkan memorinya sekuat tenaga. Kepingan kenangan itu muncul dalam benak Marisa.

Dia teringat jika dia yang sudah berani menggoda Daniel duluan. Bagaimana ini Marisa akan malu menghadapi Daniel dan Ardo. Dia ingin sekali marah, tapi sekarang dia tahu jika ini bukan sepenuhnya kesalahan Daniel.

Sementara itu saat situai sudah sepi Ardo masuk ke dalam toilet, dia menuju pintu yang berada di tengah. Hanya itu pintu yang tertutup, sudah pasti Marisa ada di dalam.

"Marisa buka pintunya, kita bicara sebentar," ucap Ardo sambil mengetuk pelan pintu itu. Tapi tidak ada jawaban dari dalam, hanya suara isak tangis yang samar terdengar.

Ardo menoleh ke arah pintu masuk, gelisah jika ada yang masuk, bisa-bisa dia dikira pria mesum yang sengaja masuk ke dalam toilet wanita.

"Marisa aku mohon, kalau kamu gak mau keluar biar aku masuk ke dalam. Aku gak bisa terlalu lama di sini," pinta Ardo.

Lalu terdengar bunyi kunci pintu terbuka, saat itu Ardo masuk dan melihat Marisa sedang tertunduk tidak berani menatap Ardo.

Saat itu Adrdo lalu menghampiri Marisa dan memeluknya. Tangan kanannya menepuk pelan punggung Marisa sedangkan tangan kirinya membelai lembut kepalanya.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Ardo membuat Marisa tidak dapat menahan tangisnya lagi. Dia tenggelam dalam tubuh Ardo dan menangis lagi.

Ardo tidak berkata apa-apa, dia hanya terus menenangkan Marisa dengan memeluknya.

Kini Marisa benar-benar merasa tidak pantas lagi untuk bersama Ardo.

Saat Marisa sudah mulai tenang Ardo melepas pelukannya dan menatap dalam wajah Marisa. Sedangkan Marisa berusaha menghindari mata Ardo.

"Aku gak pantas lagi untukmu, belum terlambat jika kamu mau berhenti menyukaiku," ucap Marisa.

"Jangan bicara omong kosong, aku masih tetap menyukaimu bagaimanapun keadaan mu," suara Ardo tercekat mengucapkan kalimat itu. Ada rasa kecewa dan marah dalam dirinya, tapi sekuat hati dia tahan agar tidak terlihat oleh Marisa.

Tangan Ardo menakup kedua pipi Marisa.

"Sekarang kita keluar, kamu gak bisa selamanya bersembunyi di sini kan?" kata Ardo dan dijawab anggukan oleh Marisa.

Ardo membuka pintu, kepalanya menyembul untuk memastikan situasi aman untuk mereka keluar. Tidak lucu jika tiba-tiba ada yang melihat mereka dari toilet yang sama. Bisa-bisa mereka dituduh melakukan hal yang senonoh di dalam sana.

Daniel bersyukur melihat Ardo kembali bersama Marisa. Itu berati dia berhasil menenangkan Marisa. Hal yang tidak bisa dilakukan dirinya.

"Kami pulang duluan ya, kalian terusin aja acara kalian," kata Ardo saat sudah berada di tempat Daniel dan Rachel.

Marisa hanya menunduk dan tidak berbicara apa-apa. Tangan kirinya di genggam Ardo. Lalu mereka pergi dari hadapan Daniel dan Rachel.

"Mereka kenapa?" tanya Rachel penasaran.

"Entahlah, kamu gak perlu mencampuri urusan mereka," jawab Daniel.

"Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku pengen makan burger," kata Rachel tiba-tiba.

"Aku mau pulang, kalau kamu mau makan makanlah sendiri," jawab Daniel. Setelah itu dia berlalu meninggalkan Rachel.

Rachel berusaha mengejar Daniel yang masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba jadi serius begitu?" tanya Rachel. Tapi tidak terdengar jawaban dari Daniel.

Dalam perjalanan Daniel hanya diam dan tidak mengatakan satu patah katapun. Hingga mereka sampai di apartemen Rachel, Daniel masih begeming.

"Mau mampir dulu?" tanya Rachel saat dia turun dari mobil Daniel.

"Aku langsung pulang aja," jawab Daniel lalu bergegas tancap gas dari hadapan Rachel.

Ternyata Daniel tidak langsung pulang ke rumahnya tetapi dia menuju rumah Marisa. Dia penasaran dengan keadaan wanita itu. Hatinya benar-benar diliputi rasa bersalah padanya.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu besok?" tanya Ardo.

Ternyata mereka masih berada di depan rumah Marisa.

"Entahlah," jawab Marisa.

"Apa kamu mau pindah ke bagian lain dulu?" tanya Ardo lagi.

"Gak perlu, aku bisa menanganinya kok. Lagipula ini bukan sepenuhnya salah Daniel. Dan dia juga sudah baik memberiku pekerjaan ini. Aku gak mungkin menyia-nyiakannya," jawab Marisa.

"Baiklah kalau begitu, tapi kalau nanti kamu merasa gak nyaman kamu bisa bilang padaku, aku akan mengurus semuanya," tambah Ardo. Dan Marisa hanya mengangguk.

Ardo mengangkat kepala Marisa yang tertunduk dengan tangannya.

"Udah jangan terlalu dipikirkan, aku benar-benar mau menerima kamu apa adanya jadi aku mohon kembali menjadi Marisa yang ceria seperti biasanya," ucap Ardo.

Kedua matanya menatap dalam netra Marisa. Dan perlahan dia mendekatkan wajahnya pada Marisa. Kini wajah mereka hanya berjarak berapa senti saja.

Marisa memejamkan matanya saat Ardo menciumnya dengan lembut dan lama. Dia hanya diam karena merasa bersalah pada lelaki itu.

Kenapa Ardo bisa begitu baik padanya saat tahu keadaan dia yang sudah tidak suci lagi?

Di sisi lain Daniel yang tadinya ingin minta maaf langsung pada Marisa mengurungkan niatnya saat melihat Ardo masih berada di rumah Marisa. Dia menghentikan mobilnya lumayan jauh dari rumah Marisa. Namun dia masih bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan.

Hati Daniel terasa panas melihat pemandangan itu. Kenapa rasanya sesakit ini? Padahal Daniel cukup yakin jika perasaanya pada Marisa hanya karena rasa simpatinya tidak lebih.

Dia mencengkram kemudi mobilnya berusaha meredam emosinya yang semakin kuat. Daniel merasa sangat kecewa karena dia tidak langsung menyadari perasaannya terhadap Marisa. Kini persahabatannya dengan Ardo diuji lagi karena seorang wanita. Tapi untuk mengalah lagi sepertinya Daniel tidak bisa.

Setelah Ardo pergi dari rumah Marisa, Daniel memberanikan diri untuk turun dari mobilnya dan menghampirinya Marisa.

Saat Marisa akan masuk ke dalam rumah dia terkejut melihat kedatangan Daniel.

"Aku minta maaf atas semua perbuatanku ke mu Marisa," ucap Daniel.

Marisa tidak langsung menjawab. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap, karena dia sadar ini semua karena kesalahannya juga.

"Aku juga minta maaf karena sudah merahasiakannya darimu, aku sendiri udah sadar waktu aku bangun tidur. Seharusnya dulu aku langsung bilang dan langsung minta maaf ke kamu. Walaupun itu gak berguna juga," Daniel melanjutkan kalimatnya.

Marisa masih bergeming dan hanya menatap kosong jalanan depan rumahnya yang sepi.

"Bagaimanapun juga ini berawal dari kesalahanku, seharusnya aku menyewakan kamar sendiri untukmu saat itu. Seharusnya aku gak mengajakmu minum malam itu sampai kita kehilangan kesadaran. Ini semua memang kesalahanku. Aku akan terima jika kamu mau membenciku," kata Daniel lagi.

Dia terus saja mengungkapkan permintaan maafnya pada Marisa.

"Sudah cukup, kamu gak perlu lagi membuka aib itu," kata Marisa tiba-tiba. Lalu dia berjalan menuju pintu rumahnya untuk masuk.

"Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Daniel tiba-tiba.