"Ada apa? Tumben kamu mengajak kita bertemu?" Tanya Novan lebih dulu.
"Iya. Apa ada masalah?" kini giliran Dino yang bertanya. Pasalnya, Saka jarang sekali meminta dua sahabatnya lebih dulu untuk berkumpul kecuali ada masalah. Biasanya selalu saja Novan atau Dino yang lebih dahulu mendatangi Saka.
"Kalian benar. Aku sedang ada masalah." Alis Novan dan Dino bertaut.
"Masalah apa?" selidik Dino.
"Aku ingin minta pendapat kalian." Saka melirik kedua sahabatnya yang masih setia mendengarkan dengan seksama. "Ada seorang gadis mencintaiku sebegitu besar. Aku tahu itu, tapi satu tahun lalu sebelum kecelakaan, aku menolaknya saat dia menyatakan perasaannya padaku. Alasan sebenarnya karena ada rasa benci dan masa lalu yang tidak memungkinkan aku untuk menerima gadis itu. Tapi… sepertinya karma berlaku cepat untukku, sehingga setelah aku menolaknya—aku pun juga mengalami penolakan dari seseorang yang membuatku jatuh cinta." Saka menunduk, rasa nyeri mengingat masa lalu saat mengetahui wanita yang dicintainya malah memiliki tunangan dan akan menikah dengan pria itu.
Novan dan Dino saling melirik, menunggu kelanjutan cerita dari sahabatnya yang terlihat kacau ini. Mereka tahu, Saka seperti memiliki beban berat di pundaknya. "Kala itu aku sangat kacau. Seperti orang gila, aku berjalan di tengah jalan tanpa melihat sekitar. Saat aku hendak menyeberang, tatapan mataku lurus ke depan sampai-sampai aku tidak melihat ada sebuah mini bus yang melaju kencang ke arahku. Dan kalian pasti tahu apa yang terjadi padaku." Saka menatap intens kedua sahabatnya.
Kompak, Dino dan Novan mengangguk bersamaan. "Well, aku baik-baik saja karena gadis itu melindungiku dan sekarang…." Saka menghentikan ucapannya, rasanya berat mengatakan fakta yang sebenarnya. Tapi dia butuh pendapat dari mereka para lelaki di hadapannya kini.
"Apa yang dilakukan gadis itu?" Tanya Novan tidak sabar menunggu Saka kembali bicara.
"Dia yang mendorongku sehingga diriku tergantikan olehnya. Dia mengalami kecelakaan hebat tersebut dank arena itu dia sekarang lumpuh." Bola mata Novan dan Dino langsung melotot sempurna.
"Astaga, hebat sekali gadis itu. Tanpa berpikir efek dari kecelakaan dia langsung mengambil alih dirimu dan menjadikan dirinya korban tabrakan." Dino menggelengkan kepala tidak percaya.
"Ternyata di dunia ini masih saja ada wanita bodoh sepertinya. Hanya demi cinta, dia rela mengorbankan diri. Mungkin jika gadis lain, akan memilih diam dan paling hanya berteriak-teriak saja dari jauh. Tapi ini sungguh tingkah seorang superhero wanita. Dia benar-benar pemberani Man. Kamu harus berterima kasih padanya," sambung Novan.
"Hei, jaga mulut kamu itu. Dia gadis hebat, bukannya bodoh somplak." Dino membenarkan julukan yang Novan berikan untuk Citra.
"Ya… ya… terserah. Tapi aku akui bahwa dia keren. Lalu apa yang kamu khawatirkan sekarang?" Tanya Novan penasaran.
"Menurut kalian, aku harus bagaimana untuk menebus kebaikan dirinya? Hidup dia hancur karena cacat. Mungkin tidak aka nada orang yang mau menikah dengannya karena kondisinya. Apa yang harus aku lakukan?"
"Baiklah. Gadis itu dinyatakan lumpuh permanen atau sementara? Kalau lumpuh sementara, ada dua pilihan yang bisa kamu pilih salah satunya. Maaf sebelumnya jika aku bertanya hal yang sedikit sensitive. Bagaimana latar belakang keluarganya?" Tanya Dino sebelum memberi masukan.
"Dia sudah tidak memiliki orang tua, dia hidup hanya bersama dengan Neneknya. Dari sekolah hingga kuliah, dia mengandalkan beasiswa. Sehari-harinya dia bekerja di café untuk membantu perekonomian keluarga. Kemungkinan besar dia tidak pernah melakukan terapi untuk kakinya," terang Saka detail.
"Baiklah, jika begitu—seperti yang aku katakana tadi. Ada dua cara. Yang pertama—kamu bantu dia melakukan terapi sampai kakinya bisa sehat kembali. Atau… yang kedua, kamu bisa menikahinya sebagai tebusan rasa bersalahmu. Mungkin dengan menikahinya, dia akan merasa sangat bahagia mengingat dia mencintaimu sebegitu besar dan kamu bisa merawat gadis itu setiap harinya. Tinggal kamu ingin pilih jalan mana."
Dino mengambil jus pesanannya, membiarkan Saka menentukan pilihannya. "Kamu bisa pertimbangkan dulu saran kami. Jangan gegabah, apa lagi menyangkut masa depanmu. Menurutku, cinta hanya masalah waktu. Kamu bisa melihat dari pengalamanku juga Dino. Dino menikah dengan Suci karena suatu kesalahan. Tapi pada akhirnya—mereka berdua saling mencintai dan sama-sama bucin. Begitupun denganku. Aku dulu sama sekali tidak mencintai tunanganku, tapi aku mencoba membuka hati dan… ya! Kamu bisa melihat sendiri seberapa mesra kami berdua. Aku yakin, suatu saat nanti kamu akan bisa menerima gadis itu sepenuh hati tanpa keraguan," Ujar Novan menambahkan.
"Ya, aku tahu itu. Walau pun tidak terlalu besar, tapi aku berharap cinta itu bisa datang setelah semua kebencianku padanya luntur dan musnah tanpa sisa."
"Sebenarnya apa yang membuatmu membenci gadis itu?" Selidik Dino.
"Ada kesalahan dimasa lalu yang tidak akan pernah bisa aku maafkan." Jawaban ambigu dari Saka membuat dua pria yang duduk satu meja dengan pria itu enggan bertanya lebih jauh lagi. Mereka yang tau bagaimana Saka tertutup akan kehidupan pribadinya, mereka tidak ingin mengusik privasi dari sahabatnya itu. Maka dari itu, akan lebih baik jika mereka sabar menunggu Saka terbuka dengan sendirinya.
Untuk mencairkan suasana, Novan mengalihkan pembicaraan. Ketiganya kini terlibat perbincangan. "Saat menikah nanti, kamu ingin tema apa?" Tanya Dino pada Novan.
"Entahlah, Novi pun dari kemarin aku tanyain masih bingung. Tapi melihat resepsi pernikahanmu dulu, sepertinya boleh juga aku mengikuti jejakmu." Dino mencebik. "Dasar, tidak kreatif sama sekali."
"Itu juga baru akan, tapi kalau kamu tidak setuju ya sudah. Aku bisa mencari tema yang lain. Mungkin tema Garden Outdoors seru juga kali, ya!" Novan tidak mau menyamakan resepsi pernikahannya dengan Dino.
Dulu Dino menggunakan konsep Contemporary and Glamorous. Sesuai janjinya kepada Suci jika Dino akan mengadakan resepsi besar-besaran dan mewah. Semua itu dilakukan sebagai bukti kalau pria tersebut sudah jatuh cinta pada Suci. Hanya Suci, tidak ada yang lain. Dan ya, Dino sukses membuat istrinya terkesima atas apa yang dilakukan sang suami.
"Terserah, menurutku itu juga bagus. Dan doaku, semoga saja tidak hujan." Novan langsung melempar beberapa French fries kearah Dino diikuti umpatan. "Sialan loe. Bisa gak sih jangan bikin orang kesel? Nyesel aku bicara masa depan dengan orang udik," sungut Novan. Sontak Dino dan Saka tertawa lepas, sejenak Saka bisa melupakan masalah yang sedang dia hadapi.
"Shut… diam…diam, biniku telfon," pinta Dino kala gawainya bergetar. Setelahnya dia bangkit dan menjauh dari dua perjaka yang tengah mengejek kebucinannya.
Tak lama Dino menjauh, berganti gawai Saka yang bergetar. Tanpa berpindah tempat seperti Dino, Saka mengangkatnya di depan Novan. "Ada apa, Sa?" ternyata Taksalah yang menghubunginya.
Jantung Saka berpacu dua kali lebih cepat, mendengar berita yang dibawa seseorang di seberang sana. "Apa?"