Cuma butuh waktu sepuluh menit saja, akhirnya mereka sampai juga di Apartemen. Citra yang masih gemetaran serta menahan sakit karena infus yang langsung dicabut tadi, mencoba bersikap biasa. Citra menampilkan senyum seindah mungkin walau dengan terpaksa.
"Kakak enggak, turun?" Saka hanya diam saja dengan pandangan mengarah ke depan.
"Terima kasih, Kak. Kakak nanti pulang jam berapa? Beri tahu aku sebelum pulang ingin makan apa biar aku masakin makanan kesukaan, Kakak," tawar Citra mencoba mengajak suaminya bicara.
"Cepat keluar," pelan suara Saka namun menakutkan.
"Kak."
"Keluar bodoh! Kamu tuli, ya?" Bentak Saka hilang kesabaran.
Tanpa berkata apapun lagi, Citra langsung keluar dari mobil. Masih menutupi tangannya yang berdarah, dia sedikit berlari agar segera sampai pada pintu lift.
Dalam ruangan kotak berukuran 3x3 itu, Citra menangis sekeras-kerasnya. Beruntung tidak ada satu orang pun di sana, sehingga Citra bisa puas melampiaskan kesakitan atas sikap Saka barusan.