"Hanya mencium kan, tidak lebih?" Imran mengangguk cepat.
"Baiklah, boleh." Imran langsung mengambil dagu Berlian. Perlahan dan pasti, Imran mendekatkan bibirnya pada bibir Berlian. Dan saat jarak antara bibir mereka nyaris menyentuh, sebuah suara dari dari bagian informasi mengagetkan keduanya.
Imran pun langsung menjauh begitu pun Berlian, tentu saja semua orang yang melihat kejadian itu tertawa terbahak. Antara malu dan kesal menjadi satu di dada Imran. Kemudian lelaki itu meminta para anak buahnya yang sudah mendapatkan tugas untuk menerbangkan semua balonnya pun di perintah oleh Imran.
"Sayang, kamu tidak akan meninggalkanku, kan?" Berlian menoleh ke arah kedua orang tuanya lalu kembali menghadap ke Imran.
"Sebaiknya kita temui saja dulu kedua orang tuaku." Imran mengangguk.
Keduanya memasuki ruangan dimana Jihan dan Roy menunggu. "Om, Tante," Imran segera menyalami kedua orang tua Berlian dengan takzim setelah berdiri di depan kedua orang tua, Berlian.