Chereads / Kenangan yang Mengikuti / Chapter 7 - Butik Naura

Chapter 7 - Butik Naura

"Jadi bagaimana Halen? Apakah semua ini sudah sesuai dengan permintaan pelanggan? Dan maaf bukan aku ingin melimpahkan pekerjaan yang sebenarnya pekerjaanku kepadamu," ucap Naura ketika Halen kini sudah duduk di kursi depannya untuk membahas beberapa hal mengenai baju atas permintaan salah satu pelanggan tetap di butik Naura.

"Iya mbak Naura tetapi saya sangat mengharapkan kritikan atas rancangan baju ini. Saya takut salah mbak, soalnya saya dengar-dengar pelanggan ini adalah pelanggan VIP di butik ini dan saya senang bisa membantu mbak Naura. Sudah lama rasanya tidak bekerja sama dengan mbak Naura seperti ini. Mbak Naura terlalu sibuk," jawab Halen untuk beberapa pertanyaan Naura tadi dan juga berusaha menjelaskan keadaannya.

Jika Halen sangat senang jika Naura memberikannya kesibukan atau pekerjaan ini. Sebenarnya perihal pekerjaan Halen selalu banjir pesanan dari beberapa pelanggan yang bersifat sementara karena memang Halen tidak mempunyai butik dan hanya memasang hasil karya bajunya menggunakan akun sosial medianya untuk memperlihatkan hasil karya kepada semua orang.

Sebagai penarik perhatian untuk mau membeli baju rancangannya.

Kehidupan Halen sangat berbeda jauh dari Naura, meski Naura hidup dengan sederhana akan tetapi Halen lebih dari itu. Halen tumbuh dari dari keluarga yang bisa di bilang sangat kurang, kedua orang tuanya kerja serabutan atau bekerja tidak menetap. Halen bisa kuliah dan mengambil jurusan desainer karena hasil kerja kerasnya belajar dan bertanya kepada beberapa orang perihal beasiswa desainer ini.

Ini adalah harapan Halen yang sudah lama karena memang Halen sangat menyukai jurusan yang di ambilnya dan sekarang setelah Halen bisa masuk ke kampus dengan jurusan yang sesuai sungguh sangat menyenangkan dan untuk membantu perekonomian keluarga Halen akhirnya mengambil keputusan bekerja dan belajar. Tidak ada kata lelah dalam keseharian Halen, keduanya harus seimbang. Halen meyisihkan uang saku yang di dapat dari beasiswa untuk membeli beberapa kain dan peralatan lainnya agar bisa menunjang pekerjaannya sebagai perancang baju yang masih pemula.

Meski semua itu berlangsung lama Halen sangat senang dengan hasilnya. Berkat Halen yang menabung Halen bisa membeli satu mesin jahit, kain, benang dan beberapa bahan untuk bisa menghasilkan baju yang sesuai dengan permintaan pelanggan yang tidak menetap itu.

Naura tersenyum menanggapi ucapan Halen barusan, seorang mahasiswi semester akhir yang harus dihadapkan dengan dua tanggungan. Kata luar biasa sepertinya belum cukup diberikan kepada Halen ini adalah lebih dari kata luar biasa.

"Kamu sudah sangat bekerja keras dan hasilnya sangat memuaskan. Meski hanya gambaran kamu sudah sangat menjabarkan dari warna benang dan juga aksesoris yang nantinya bagus dipadukan dengan baju ini. Aku sangat suka dengan ini." Naura kembali mengalihkan pandangannya kepada buku gambar yang selalu dibawa Halen kemana saja.

Buku gambar yang selalu menemani Halen, Halen suka sekali menghambar sesuatu yang terlintas di benaknya. Selain ingin mendirikan butik sendiri Halen juga ingin mempunyai toko untuk memperlihatkan karyanya untuk mainan dan juga aksesoris unik yang Halen gambar sendiri dan ingin sekali menbuat barang itu suatu hari nanti.

Hari yang sangat ditunggu Halen segera datang, hari dimana bisa membuat Halen sangat senang. Harapan yang terus terpupuk dengan berbagai latar cerita yang ada dalam diri Halen.

"Tapi apakah warna ini cocok mbak?" tanya Halen yang sepertinya sangat ragu dengan pemilihan warnya yang telah di putuskannya tadi sebelum bertemu dengan Naura.

Pelanggan itu menyukai warna soft dan tentunya gaun yang telah di gambar Halen dengan pemilihan warna craem ini sangat cocok itu pendapat Halen. Beberapa mutiara yang ditaburkan di bagian atas dada juga sangat terlihat indah.

Pelanggan VIP ini adalah salah satu orang sukses di bidang bisnis.

"Kamu tenang saja Halen, meski dia sedikit galak tapi sangat santai orangnya," ucap Naura tergelak karena melihat raut wajah Halen yang terlihat sangat tertekan, "Aku juga akan menguhunginya lagi sebelum kita menggarap baju ini lebih lanjut. Jadi, kamu tenanglah," lanjut Naura yang belum juga bisa menahan tawanya.

Setidaknya untuk saat ini raut wajah Halen bisa menghilangkan pikiran Naura yang tidak nyaman untuk beberapa persoalan.

Halen menggaruk keningnya meski tidak gatal dan tersenyum canggung. Orang yang ada di depannya adalah orang yang sangat memotivasi Halen untuk tetap mengapai cita-cita meski dikelilingi banyak kekurangan.

Halen sangat menghormati Naura dan sebaliknya Naura sangat perhatian kepada wanita yang sudah di anggap adik ini oleh Naura.

"Baik mbak."

"Baiklah, kamu boleh keluar."

Halen bangkit dari kursi dan terlebih dahulu menunduk lalu berjalan keluar dari ruangan Naura.

Naura menatap punggung ramping itu sampai tidak terlihat lalu langsung mengambil ponsel yang ada di tas tergelak diatas meja. Meski Halen dapat mengalihkan perhatian Naura tadi akan tetapi untuk sekarang pikiran Naura kembali tertuju kepada Aldi.

Sudah tiga kali Aldi harus lembur secara berturut-turut ditempat kerjanya. Ini adalah hal yang sangat wajar, biasanya juga Naura tidak sekhawatir sekarang tetapi kembali mengingat kejadian saat wajah wanita kembali teringat Naura mulai gelisah.

Naura sempat menimang terlebih dahulu dengan keputusannya dan juga melirik jam yang menempel pada dinding.

"Tidak ada salahnya, sekarang sudah jam makan siang. Aldi tentunya juga istirahat dengan pekerjaannya juga Aldi sudah mengizinkanku untuk menelponnya. Jadi, mari kita lakukan Naura," ucap Naura pada dirinya sendiri.

Naura masih sangat khawatir dengan tindakan yang diambilnya. Naura yang dengan teguhnya dengan pendirian tidak mau menggangu Aldi saat dikantor.

Naura sampai harus menggigit bibir bawahnya juga ketukan jari pada meja kerja semakin cepat ketika Naura sudah menghubungi Aldi.

Akan tetapi rasa khawatir akan menggangu pekerjaan Aldi kini berubah menjadi semakin banyaknya pertanyaan di benaknya.

Nomor Aldi tidak aktif sekarang.

Ingin sekali Naura menghubungi Aldi kembali tetapi terhalang oleh rasa khawatir takut menggangu.

"Baiklah, sudah Naura hentikan tindakanmu. Aldi sedang bekerja." Naura kembali menasihati dirinya dan dengan terpaksa memasukkan kembali ponselnya pada tas.

Naura harus menggelengkan kepalanya beberapa kali agar benaknya bisa terisi dengan pemikiran positif bukan negativ seperti ini. Ini justru sangat melelahkan dibanding dengan bekerja seharian penuh. Ini terlalu menyiksa dengan hasil yang sama sekali tidak terlihat.

Bertepatan dengan itu pintu ruangan kerja Naura diketuk.

"Masuk."

Ternyata orang yang mengetuk pintu adalah Mawar.

"Mbak sudah ditunggu."

"Oh iya, maaf kalian kelamaan menunggu ya?" Naura langsung bangkit dan menyambar jaket serta tas lalu melangkah keluar beriringan dengan Naura.

Memikirkan sesuatu yang tidak jelas dan melupakan sesuatu yang sudah sangat jelas.

Hari ini salah satu karywan Naura mentraktir semua karyawan serta Naura untuk makan siang di tempat biasa. Tempat yang selalu mereka kunjungi waktu istirahat.

"Maaf semua, telah membuat kalian menunggu," ucap Naura benar-benar tidak nyaman.

Lingkungan kerja adalah lingkungan yang sangat berpengaruh bagi banyak orang dan sikap saling dalam segala aspek adalah keharusan.

"Tidak kok mbak, kita sama sekali tidak menunggu," ucap Felix salah satu karyawan laki-laki yang paling suka menebar pesona.

"Buatkan saya baju dalam tiga hari."

Suasana hangat kini harus rusak akibat pelanggan yang telah menerobos masuk butik meski sudah sangat jelas terpampang di kaca butik jika tutup.