Chereads / Kenangan yang Mengikuti / Chapter 4 - Menunggu Lagi

Chapter 4 - Menunggu Lagi

Kepala Naura yang masih terlilit handuk itu kini harus segera menyiapkan makanan di meja makan karena terlalu banyak melamun sehingga waktu Naura harus banyak terbuang.

Akhirnya semua sudah tertata rapi, Naura terlebih dahulu menutup semua makanan dengan tudung saji berwarna abu-abu dan kembali berjalan ke kamar untuk bersiap-siap. Setengah jam lagi Aldi akan segera datang.

Naura terlebih dahulu mengeringkan rambutnya dan mulai memoles tipis wajahnya untuk memberikan efek segar dan juga enak dipandang nanti oleh suami tercintanya. Selama tiga tahun Naura melakukan ritual seperti ini karena Naura selalu pulang lebih awal dari Aldi dan juga sudah menjadi keharusan untuk Naura.

Setelah dirasa cukup dengan riasannya Naura bangkit dari kursi rias dan berjalan menuju ranjang. Duduk ditepi ranjang dengan ponsel ditangannya.

Dahi Naura mengeryit ketika sebuah pesan singkat dari Aldi.

"Lagi, kenapa akhir-akhir ini Aldi selalu lembur?" Naura hanya bisa menghela napas panjang dan sangat berat.

Ketika Aldi harus lembur ditempat kerjanya di saat itu pula Naura sangat kesepian. Hanya Aldi dunia kebahagiaan Naura, jika Aldi tidak berada di dekatnya dunia Naura seakan sangat sepi.

Setelah pesan terbaca, Aldi langsung menghubungi Naura.

"Maaf, aku harus lembur lagi"

Perkataan pertama yang keluar dari sebrang dan terdengar nada lemas.

Naura tidak menjawab langsung, terlebih dahulu menghela napas kembali.

"Aku akan menunggumu"

"Maaf, setelah selesai pekerjaan ini aku akan segera pulang. Kamu tidur saja terlebih dahulu"

"Cepet selesaikan pekerjaanmu, agar aku juga cepat tidur"

Sangat terdengar jika Adi menghela napas kasar.

"Aku akan segera pulang"

"Aku akan menunggumu"

Sambungan telpon terputus dan Naura langsung menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Keinginan untuk segera bertemu dengan Aldi harus kembali terhalang oleh pekerjaan yang belum terselesaikan.

Naura memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat benar-benar sangat sepi.

"Apakah kamu juga merasakan hal yang sama ketika pulang kerumah Aldi? Aku selalu merasakan kesepian meski sudah bersamamu, kamu tidak pernah berkata itu tapi aku yakin jika kamu juga merasa sepi ketika berada di rumah ini," gumam Naura yang kini sudah membuka kedua matanya dan hanya menatap langit-langit kamarnya.

Memiliki anak adalah keinginan terbesar Naura akan tetapi Tuhan sampai saat ini belum juga mempercayakan anugrah indah kepada pasangan yang telah menikah tiga tahun yang lalu. Segala usaha telah dilakukan oleh Naura dan juga Aldi dan keduanya tidak mandul.

Naura dan juga Aldi terus berusaha dan berdo'a agar secepatnya Tuhan memberi kepercayaan untuk keduanya memiliki buah hati yang akan melengkapi kebahagiaan rumah tangga yang sangat terasa sepi ini.

Kini kedua mata Naura sangat berat untuk dibuka dan juga Naura tidak bisa menahannya. Malam ini sangat berbeda dari biasanya, Naura tidur disaat Aldi belum pulang.

***

Aldi sangat konsentrasi dengan semua berkas yang ada di atas meja kerjanya. Hampir semua orang sekarang sudah pulang terlihat dari lampu yang sudah mati di ruang masing-masing karyawan dan hanya beberapa saja karyawan yang lembur malam ini. Benar saja akhir-akhir ini Aldi memang sering lembur akibat pekerjaan yang belum juga mendapat penyelesaian.

Di saat konsentrasi Aldi sedang penuh dan ingin segera menyelesaikan pekerjaannya harus terganggu karena benda pipih yang berada di atas meja dekat dengan dirinya tidak mau berhenti berdering.

Orang yang tidak akan berubah, selalu menghubunginya meski Aldi jarang sekali untuk mengangkat telpon dari orang tersebut.

Setelah beberapa kali benda pipih itu berdering kini sebuah pesan masuk karena penasaran Aldi langsung mengambilnya. Jika sangat malas untuk mengangkat telpon setidaknya Aldi masih mau untuk membaca pesan singkat yang dikirim oleh orang yang sama meski tetap sama sangat jarang untuk mendapat jawaban.

Begitu melihat pesan dan juga gambar yang dikirim oleh orang itu Aldi langsung menghubungi nomor yang selalu menelponnya itu.

Sekarang Aldilah yang menelponnya dan ini sangat jarang terjadi.

"Kenapa kamu menemuinya?"

Langsung saja Aldi bertanya maksud dari gambar yang dikirimkan oleh orang itu.

Perjanjian yang telah dilanggar oleh orang yang kini sedang ditelpon Aldi.

Aldi melonggarkan dasinya secara kasar, demi apapun Aldi sangat tidak suka jika rencana yang telah dibuat secara rapi harus berbelok arah.

"Kamu terlalu sibuk, telponku selalu tidak kamu angkat. Aku sangat ingin mendengar suaramu, apa aku salah melakukan berbagai cara untuk bisa menarik perhatianmu?"

"Karena kamu sangat mengangguku"

Jawaban singkat yang seharusnya bisa dipahami oleh siapa saja, jika sangat merasa risih dengan orang yang seperti ini.

"Aku tidak akan menganggumu jika saja kamu dengan cepat mengangkat telponku"

"Kita sudah membuat perjanjian, jangan lupakan itu"

Sungguh Aldi tidak ingin menambah pekerjaan untuk sekarang. Semua berkas yanga ada di atas mejanya belum juga terselesaikan dan pikiran Aldi selalu terarah kepada Naura karena wanita itu selalu menunggunya sampai pulang dan sekarang ketika pekerjaannya belum selesai harus ditambah dengan pekerjaan lain yang tidak berurusan dengan pekerjaan kantor.

"Aku ingin sekali bertemu denganmu"

"Tidak"

"Tidak bisakah kita bertemu satu kali saja, aku sangat rindu denganmu. Ketika pulang ke negeri ini yang aku harapkan hanya ingin bertemu denganmu bukan yang lain. Aku janji tidak akan membutuhkan waktu yang lama hanya beberapa menit saja cukup"

"Aku sangat sibuk"

"Apa aku yang akan pergi ke kantormu? Apa sekarang saja? sepertinya kamu sekarang lembur 'lagi'?"

Orang yang berada di sebrang menekankan kata 'lagi' karena orang yang berada disebrang mempunyai cara tersendiri untuk mengetahui keberadaan Aldi.

Aldi adalah tempat kebahagiaan untuk orang yang menelpon Aldi sekarang. Pendapat yang berbeda dengan Aldi karena bencana untuk dirinya dan itu sangat menyiksanya tetapi juga selalu mengendap dipikiran.

Beberapa tahun lalu adalah bencana dan tahun sekarang waktunya orang itu bersama Aldi.

Aldi langsung bangkit dari kursinya dan berjalan menuju tembok kaca besar untuk melihat kebawah. Ternyata benar jika orang yang sedang menelponnya sedang berada di bawah serta kini kedua mata mereka bertatapan meski jaraknya sangat jauh.

Ini adalah kali pertama untuk keduanya bisa bertatapan.

Orang itu memang sengaja tidak menutup kaca mobilnya dan ingin melihat ruangan Aldi yang masih menyala di akhir-akhir hari ini. Ingin sekali orang itu langsung masuk ke dalam kantor Aldi akan tetapi ancaman Aldi adalah sebuah bencana bagi dirinya.

Menahan adalah sesuatu yang sangat mencekiknya sekarang, berharap jika waktu cepat bergulir sehingga perjanjian itu segera berakhir.

"Pulanglah, aku tidak akan menemuimu"

"Aku memang sangat ingin bertemu denganmu akan tetapi memaksamu adalah sebuah ketidak mungkinan. Seperti ini saja sudah cukup, aku sangat merindukanmu. Itu saja yang perlu kamu tahu, jangan terlalu kecepaian bekerja. Pulang dan istirahatlah"

Setelah mengucapkan kata itu sambungan diputus oleh orang yang tadi dihubungi oleh Aldi.

Sebelum mobil yang dinaiki orang itu berlalu, kedua mata mereka bertemu kembali dan barulah mobil itu melaju. Meninggalkan Aldi yang terdiam ditempat dengan kedua mata yang melihat mobil yang dinaiki orang itu melaju sampai tidak terlihat.

Mulut yang tertutup rapat akan tetapi kedua mata yang berekspresi dengan sebuah arti.

"Jika waktunya telah tiba, semua rintangan akan aku terjang."