VIAN: Malam Yang Indah
Berlalu sudah seminggu lamanya pelatihan ini. Waktu demi waktu ku lalui bersama Niar tiap hari di tempat ini bak mayat hidup. Jujur saja, makin hari makin sulit dan makin berat saja materi yang diberikan. Niar sendiri pun yang ku tahu pintarnya luar biasa bak tak sanggup lagi menjalani pelatihan ini.
"Saya lelah, Mas!" Keluhnya.
Dan entah sudah berapa kali aku mendengar keluhan itu. Dengan mimik wajah memelasnya. Ia acap kali bersandar di bahu ku sembari mencorat-coret buku kecilnya.
"Semangat donk semangat! Ayo! Semangat!"
"Hemp!" keluhannya menghela napas panjang.
Dengan wajah terpaksa. Niar pun bangkit dan lagi-lagi mengumpulkan semua semangat dalam dirinya. Diambilnya banyak napas panjang. Lalu lekas ia buang dengan cepat.
"Seminggu lagi kan, Mas!" Tambahnya seraya menunjukkan senyum terpaksa.
Aku pun mengangguk.