Benar saja, seluruh pasang mata pengunjung kedai kopi sore itu jadi tertuju ke arah mereka.
Wajah wanita itu membeku. Telapak tangannya di sisi tubuhnya tanpa sadar mengepal erat. Kesabaran dalam dirinya yang luar biasa memungkinkannya untuk menekan amarahnya yang hampir saja meledak gara-gara pria busuk di depannya ini.
Segera, pria itu mengubah ekspresinya lagi. Ia kembali berkata dengan nada meremehkan, "Minglan, aku sebenarnya sangat menyukaimu. Kupikir kau sangat baik pada pandangan pertama, tidak seperti yang dikatakan pria lain yang tidak menyukaimu..."
"Astaga, kau sudah mengatai kakak ini arogan, tidak sopan, dan tidak akan bisa menikah, itu tidak cukup merendahkan?" Tiba-tiba suara seorang gadis kecil menyahutnya.
Lu An sedikit memalingkan wajahnya ke arah mereka dan mata hitamnya menatap pria itu dengan polos.
"Kau…"
