Huo Chenhuan yang hidup lebih dari 20 tahun, ciuman pertamanya telah dicuri belum lama ini. Ia pun menyerah menghadapi tunangannya yang terang-terangan menyerangnya itu.
Huo Chenhuan menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang dan menjawab Su Yayan.
[Huo Chenhuan: Aku akan menyayanginya.]
Balasan yang ia berikan memiliki lebih dari satu makna, sehingga membuat Su Yayan tidak bisa menahan tawa.
[Su Yayan gadis yang paling kamu cintai: Aku dengar dari bawahanmu, akhir-akhir ini kamu sibuk bekerja hingga larut malam dan nafsu makanmu berkurang. Meskipun pekerjaan itu penting, tetapi kesehatan tubuhmu juga penting. Kamu harus ingat sekarang kalau kamu tidak sendiri lagi. Kamu harus menjaga kesehatanmu agar kita bisa hidup lebih lama.]
Huo Chenhuan belum pernah lagi mendapatkan perhatian dari orang lain seperti demikian sejak ayahnya meninggal.
Kalimat yang Su Yayan ucapkan di akhir kalimat "Hidup lebih lama", membuatnya merasa tersentuh, hingga ia hanya bisa menjawab "Baiklah".
Melihat reaksi Huo Chenhuan yang patuh, Su Yayan tidak ingin terus mengganggunya.
[Su Yayan gadis yang paling kamu cintai: Aku tidak akan mengganggumu lagi, cepat selesaikan pekerjaanmu, jadi kamu bisa istirahat lebih awal dan jangan bergadang.]
Kalimat yang diucapkan gadis itu jelas-jelas sebuah perintah, tetapi pernyataannya terdengar menenangkan bagi Huo Chenhuan.
[Huo Chenhuan: Iya.]
Tak terduga, setelah pembicaraan mereka berdua telah usai, ia justru merasa sedih.
Dari kedua matanya itu, terlihat ada getaran yang mengisyaratkan keinginan untuk mendapatkan apa yang ia impikan, kegembiraan karena bisa saling mencintai, sekaligus rasa bersalah.
"Aku telah memberimu kesempatan. Karena kamu sudah memilihku, jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku di kemudian hari."
Emosi yang tidak terkendali mempengaruhi tindakan Huo Chenhuan.
Dundun, yang semula dalam pelukannya, bergerak karena merasa tidak nyaman. Tetapi ia tidak takut dengan penampilan tuannya yang menakutkan. Hanya saja ia tampaknya menyadari tuannya sedang dirundung emosi.
Dundun menjulurkan lidahnya, dengan hati-hati menjilat ujung jarinya, berharap bisa membuat tuannya bahagia.
Huo Chenhuan tertegun sejenak, menatap anjing kecil yang lama-kelamaan mirip seperti Su Yayan. Ekspresi wajahnya berangsur-angsur melunak.
Ia mengelus anjing itu sambil berkata, "Kamu konyol sekali! Sama konyolnya dengan Tuanmu."
Anjing ini tahu ia dalam bahaya, tetapi tetap melompat tanpa ragu. Sekalipun sudah lompat, ia tidak tahu harus lari ke mana. Bukankah yang anjing ini lakukan benar-benar konyol?
"Tenang saja, aku akan melindungi kalian berdua. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kalian, termasuk diriku sendiri."
Keesokan harinya, setelah bangun tidur, Su Yayan segera memeriksa ramuan yang ia unduh tadi malam.
Ia melihat ada ikon yang menandakan tanaman ramuan obat sudah siap panen. Saat hendak memanen, ada pilihan ikon yaitu "panen tanaman segar", "pengairan" dan "pengeringan" yang memudahkan dalam memelihara tanaman.
Su Yayan memisahkan semua ramuan obat yang sudah jadi dan mengeluarkan benih baru. Ia kemudian turun dengan bersemangat.
Pada saat itu, Tuan Su dan Nyonya Su sudah sarapan dan pergi keluar sehingga tidak ada seorang pun di lantai bawah.
Su Yayan menolak usul juru masak rumah, Bibi Li, untuk menyiapkan sarapan lagi untuknya, dan ia berjalan menuju ke dapur.
Bibi Li terkejut saat mendengar bahwa Su Yayan akan memasak sendiri dan ia ingin menghentikan niatnya. Kemudian Su Yayan berkata bahwa ia akan memasak makanan untuk tunangannya.
Bibi Li mengikutinya masuk ke dapur. Ia menonton nona besarnya memasak sambil berkata dalam hati, Gaya berpacaran anak muda zaman sekarang manis sekali.