Jika Eunha kesal sambil meremas sapu tangan JK, maka JK meremas masker milik Eunha yang ia sembunyikan di hari kompetisi dance dahulu kala. Lelaki itu menyimpan sapu tangan Eunha dengan baik. Bahkan tidak pernah di cuci sekalipun agar aroma Eunha tidak hilang. Rupanya alasan JK tak kunjung move on adalah karena lelaki itu enggan membuang kenangan maupun hal-hal yang berkaitan dengan Eunha. Api cemburu dihati JK masih membara, padahal dua hari sudah terlewati pasca Taehe mengantar Eunha ke agensi.
JK itu memiliki banyak sisi dalam dirinya; sisi anak-anak, sisi remaja, dan sisi lelaki dewasa. Tak heran kadang tingkah lelaki itu berubah-ubah di kondisi tertentu. Dan saat ini JK sedang dalam mode anak-anak yang kesal karena permennya direbut sang kakak. JK bahkan mengabaikan Taehe selama dua hari. Kehadiran Taehe bak angin lalu, kalau sudah seperti ini sudah jelas Taehe yang harus mengalah. Menyabarkan diri dan menunggu JK bicara lebih dulu padanya. Member BNT sudah maklum dengan sifat JK yang satu ini, jadi mereka tidak terlalu pikir panjang. Toh JK kalau marah tidak lama-lama juga, kalau sudah bosan memusuhi hyung-nya pasti akan mengajak bicara lebih dulu bak tak terjadi apapun.
Saat ini JK dan peran antagonis sedang dalam perjalanan menuju gedung MGtv untuk membicarakan kontrak proyek dokumenter. Sebenarnya JK hanya perlu datang bersama Seejin manager-nim, namun karena permintaan khusus Eunha maka peran antagonis mau tak mau ikut mendampingi. Peran antagonis sangat tahu kalau ia yang membutuhkan Eunha, juga sebenarnya jauh dilubuk hatinya yang paling dalam ia ingin meminta maaf atas kesalahannya dimasa lalu. Kini sambil merenungkan sikapnya sendiri, peran antagonis juga memperhatikan JK yang sedari tadi meremas masker bermotif feminim ditangannya.
"Sejak kapan kau tertarik dengan masker bermotif feminim seperti itu?". Tegur peran antagonis yang membuat JK tergagap lalu menyembunyikan sapu tangan berwarna merah muda itu ke dalam saku jaketnya.
"Siapa yang tertarik? Aku? Haha...". JK tertawa garing.
"Ini bukan milikku, tapi milik Jun Hyung. Sajangnim tahu sendiri kalau dia menyukai warna pink". Lanjut JK lalu menatap kearah lain agar tidak ketahuan jika tengah berbohong.
"Oh, begitu. Warnanya pudar seperti sudah lama tidak dipakai". Telisik peran antagonis. Lelaki itu kerap memerhatikan JK yang selalu memainkan masker itu saat sedang galau. Ia baru menanyakannya sekarang karena momennya tepat.
"Ini memang sudah lama dan ternyata ada di dalam saku jaketku". Kilah JK. Lelaki itu memainkan jari jemarinya nampak gelisah.
"Apa kau gugup?". Tebak peran antagonis.
"Heum... Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dan bagaimana mungkin kini kami akan sering bertemu? Rasanya kesal tapi mendebarkan juga". Ujar JK jujur sambil tersenyum kecut. Entah bagaimana mereka berdua bisa menerima proyek dokumenter ini. Proyek yang berbahaya bagi hati mereka. Kemungkinan cinta itu kembali tumbuh dengan subur besar kan? Tapi JK takut dengan satu kondisi; hubungan yang sudah pernah hancur jika diperbaiki akan berakhir sama. Sanggupkah ia kembali merasakan fase patah hati untuk yang kedua kalinya?
"Kau bahagia?". JK menatap peran antagonis yang menatapnya dengan tatapan seperti seorang ayah pada anaknya. Rasanya peran antagonis berbeda akhir-akhir ini, JK baru menyadarinya. Dimana tatapan licik lelaki itu?
"Molla, tapi aku lega".
"Syukurlah". Sahut peran antagonis singkat.
"Sajangnim apa tidak masalah? Bukankah kau dulu menentang hubunganku dengan Eunha?". Tanya JK. Ingat sekali dahulu kala hubungannya dengan Eunha tidak pernah berjalan dengan baik karena terus diusik oleh peran antagonis. Namun sekarang justru lelaki itu mempertemukan dua insan yang ia pisahkan kembali.
"Aku bukanlah orang baik, kau tahu kan. Kau juga tahu aku menerima projek ini untuk meyakinkan masyarakat jika kau tidak gay. Aku memang sudah lebih lunak sekarang, ini murni untuk bisnis. Soal hubungan pribadimu dengan Eunha aku sudah tidak mau ikut campur". Jelas peran antagonis panjang lebar.
Entah bagaimana menjelaskannya. Singkatnya peran antagonis itu masih jahat karena ia memanfaatkan Eunha untuk meredam rumor JK, namun lelaki itu juga tidak melarang kalau JK berhubungan lagi dengan Eunha. Entahlah, JK saja bingung mencernanya.
"Kajja, kita sudah sampai". Lamunan JK buyar. Lelaki itu sedang susah payah menebak sifat peran antagonis. Masih jahat tapi baik juga, oh mungkin setengah jahat setengah baik? Yak! Memang ada orang yang sifatnya seperti itu? JK mengacak rambutnya karena bingung.
Sementara itu dari jarak yang lumayan jauh, Eunha dan Yeonsu sengaja tidak masuk lebih dulu ke dalam gedung MGtv padahal mereka sudah tiba lima belas menit lebih cepat dari JK. Ini semua atas kehendak Eunha tentu saja, katanya ia harus terlihat seperti orang penting sehingga harus membuat mereka menunggu.
"Eunha-yaa, kita mau disini berapa lama lagi? Lihatlah JK dan peran antagonis sudah datang?". Tanya Yeonsu sambil menunjuk JK yang masuk kedalam gedung MGtv bersama peran antagonis.
"Biar mereka masuk dulu. Kita tunggu lima belas menit lagi biar genap tiga puluh menit". Sahut Eunha santai sambil mengutak-atik ponselnya. Perempuan itu sudah memiliki rencana untuk menghilangkan berita Jeongsan yang sedang viral. Beruntung Eunha sangat cerdas, sambil jalan pun rencana itu tersusun dengan sendirinya.
"Yak! Apa kau tidak lelah terus berpura-pura seperti ini? Kau tahu citra-mu tercoreng karena dirimu sendiri. Apa kau tidak takut akan pemikiran orang diluar sana?". Tanya Yeonsu serius. Dimata para staff yang bekerja dengannya, Eunha itu rewel dan seenaknya. Entah konsep apa yang sebenarnya diciptakan Eunha, hanya saja yang Yeonsu tahu perempuan itu melakukannya agar tidak diperlakukan seenaknya seperti saat masih bersama B-Friend. Intinya Eunha membalas dendam demi B-Friend pada orang-orang yang dulu menyepelekan mereka.
"Kenapa aku harus peduli? Toh bukan mereka yang memberiku makan". Sahut Eunha cuek.
***
JK, peran antagonis, dan Seejin manager-nim sudah ada di dalam ruang meeting. Ada Ung PD-nim juga disana, mereka terlihat akrab. Sebenarnya Ung PD-nim dulu bekerja di Hype yang memegang proyek Run BNT tak heran kalau JK bicara santai pada lelaki itu.
"Sebenarnya aku terkejut karena JK menerima proyek ini tanpa dibujuk. Ku kira kau enggan?". Ledek Ung PD-nim.
"Yak! Tentu saja aku enggan, sangat enggan!". Tekan JK sebal.
"Aku setuju karena rumor gay itu. Jadi intinya aku menerima proyek ini untuk meredam rumor. Bukan karena perempuan itu, arra?!". Lanjut JK sensi seperti bocah. Tiga lelaki berumur yang ada di ruangan itu menahan tawa melihat sikap JK. Dasar bocah gengsian, batin ketiganya.
"Ah, majja. Hanya untuk meredam rumor, itu masuk akal juga". Gumam Ung PD-nim.
"Tapi, kenapa Eunha menerima proyek ini? Apa dia langsung menyetujuinya?". Tanya JK penasaran. Lelaki itu masih mempertahankan sikap gengsinya. Ung PD-nim tersenyum penuh arti.
"Tentu saja dia lebih enggan daripada dirimu, bahkan sangat enggan...". Goda Ung PD-nim.
"Tck!...". JK berdecak sebal.
"Tapi Eunha itu sangat profesional. Ia menerima projek ini karena tahu akan mendapatkan keuntungan besar. Jadi dia menerimanya bukan karena dirimu". Lanjut Ung PD-nim yang membuat JK semakin kesal. Lelaki itu menyandarkan kepalanya di kursi sambil menutup wajahnya dengan topi. Sungguh apa sih yang ia harapkan? Ketimbang dirinya, Eunha yang paling terlihat tidak peduli. Mana mungkin perempuan itu ingin kembali menjalin hubungan dengannya? Mustahil.
Lima belas menit kemudian Eunha dan Yeonsu tiba dan ikut bergabung dengan empat lelaki itu. Tak lupa Eunha memasang wajah innocent agar terlihat merasa bersalah karena terlambat datang.
"Annyeonghaseyo, maaf aku datang sangat terlambat". Mendengar suara Eunha, JK langsung menegakan tubuhnya dan memasang wajah datar. Lebih tepatnya pura-pura datar, padahal diam-diam melirik.
"Gwenchana, Eunha-ssi. Kau pasti sangat sibuk, aku tahu banyak PD yang mengantri untuk mengajakmu bekerja sama. Sebuah kehormatan kau menerima proyek-ku". Ujar Ung PD-nim lembut. Lihatlah bagaimana Eunha telah mengubah kondisi, bahkan peran antagonis takjub melihat perempuan itu merubah semuanya.
"Kamsahamnida, untuk pengertianmu PD-nim...". Sahut Eunha lalu duduk tepat di depan JK. Perempuan itu bisa melihat JK yang melengos sambil memanyunkan bibirnya saat mata mereka bertemu. Dasar bocah!
"Tapi sepertinya kau salah paham, aku belum sepenuhnya menerima proyek ini". Lanjut Eunha santai.
"Nde?". Ung PD-nim membulatkan matanya. Lalu Eunha menatap peran antagonis penuh arti.
"Aku ingin seseorang memohon padaku. Dan kau tahu sendiri kan aku bukan artis yang mudah. Ottokhae, apa kau bisa mengurusku yang rewel ini?". Sikap Eunha saat ini perlu diacungi jempol oleh peran antagonis, lihatlah bahkan perempuan itu bisa membuat orang-orang penting seperti dirinya betekuk lutut.
"Gwenchana. Kami pasti akan mengurusmu dengan baik, katakan saja apa yang kau inginkan. Ah, bahkan kau bisa mengatur bagaimana konsepnya". Sahut Ung PD-nim cepat-cepat. JK berdecak sambil tersenyum miring, benar-benar Eunha sudah berubah. Telah menjadi sosok yang berbeda.
"Geure, pertama aku ingin tuan peran antagonis yang terhormat memohon padaku agar aku mau menerima proyek dokumenter ini". Perkataan Eunha membuat semua mata yang ada di ruang meeting melotot. Bagaimana bisa seorang bos diagensi terbesar se Korea memohon pada seseorang? Namun peran antagonis yang sudah tahu jika akan jadi begini pun hanya bisa menghela nafas berat.
"Baiklah, kau ingin aku memohon bagaimana?". Tanya peran antagonis yang membuat Eunha tersenyum puas.
"Sajangnim?". Pekik JK tak percaya. Bos yang dengan artisnya saja tidak pernah mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih itu hendak memohon pada seseorang?
"Entahlah. Coba saja memohon, aku akan mendengarkannya". Kata Eunha cuek. Suasana di dalam ruang meeting pun mendadak panas, seharusnya orang yang paling terhormat di ruangan itu adalah peran antagonis. Namun kini justru Eunha yang memegang title tersebut.
"Eunha-ssi, aku tahu aku telah melakukan banyak kesalahan padamu juga B-Friend. Sungguh aku meminta maaf, dan rasanya begitu lancang jika aku tiba-tiba minta tolong padamu...". Ujar peran antagonis begitu menyesal. Eunha diam, menyimak setiap kalimat yang terlontar dari mulut lelaki itu. Sungguh Eunha hampir menangis karenanya, bukan karena rasa menyesal lelaki itu. Melainkan ia kembali teringat akan masa-masa sulit saat B-Friend dibubarkan. Suasana di ruangan meeting ini mengingatkannya akan masa itu.
"Aku bersedia menanggung kesalahanku terdahulu. Katakan saja apa maumu? Apa kau ingin B-Friend redebut? Aku bisa melakukannya asal kau bersedia menerima proyek ini". Lanjut peran antagonis yang sukses membuat Eunha menghapus air matanya. Setiap nama B-Friend disebut, entah kenapa perempuan itu sangat emosional. Eunha segera menghapus air matanya. Melihat Eunha menangis, tentu JK ikut merasakan kesedihan itu. Bagaimanapun juga Eunha masih tetap menjadi belahan jiwanya.
"Sudahlah, tolong jangan bawa-bawa B-Friend lagi. Kami telah memilih jalan masing-masing. Aku akan menerima proyek ini dengan satu permintaan". Sahut Eunha.
"Katakanlah".
"Hapus berita tentang anak kecil bernama Jeongsan yang viral itu". Ujar Eunha. Jadi inilah rencana Eunha agar berita Jeongsan mereda. Eunha jelas tahu power Hype jika berkaitan dengan menghapus skandal atau rumor para artisnya. Pihak Hype sudah memanfaatkannya, jadi kenapa Eunha tidak melakukan hal yang sama pula?
"Kenapa kau memintaku untuk menghapus berita itu? Bukankah itu hanya berita bocah biasa yang mirip dengan JK?". Eunha jelas tersinggung dengan perkataan peran antagonis. Maka tanpa bisa mengendalikan emosinya Eunha memukul meja dengan kencang.
"Yak! Dia itu keponakanku, bukan bocah biasa!". Marah Eunha mengabaikan kesopanannya. Yeonsu buru-buru menenangkan Eunha, tentu saja memaklumi namanya juga seorang ibu pasti punya naluri untuk menjaga kehormatan anaknya.
"Sajangnim, kurasa dia takut kalau privasi keponakanya terganggu. Kasihan juga anak sekecil itu sudah diusik oleh wartawan". JK ikut angkat bicara. Ia juga tidak tega melihat anak sekecil Jeongsan menjadi pemberitaan dimana-mana. Pasti anak itu akan bingung karena mendadak dikenali banyak orang.
"Ah, begitu. Woah, Eunha-ssi kau tahu betul bagaimana cara memanfaatkan seseorang ternyata". Ujar peran antagonis sambil mengetikan sesuatu di ponselnya, memberikan perintah pada orang suruhannya untuk menghapus semua berita tentang Jeongsan. Eunha tersenyum miring mendengarnya.
"Jangan begitu sajangnim. Bukankah aku belajar darimu? Aku tahu kau memanfaatkanku demi meyakinkan orang-orang kalau JK bukan Gay. Kau tahu juga kalau JK tidak akan menerima proyek dengan perempuan selain denganku...". Eunha beralih menatap JK dengan pongahnya. Tentu saja JK menahan kesal, lelaki itu menatap Eunha tajam. Seenaknya perempuan itu menembak dirinya dengan tepat.
"Harusnya kau senang karena aku mengakui powermu untuk hal yang satu ini, menghapus jejak rumor tanpa tersisa sedikitpun". Tambah Eunha dengan senyum culas.
"Dan itu juga yang kau lakukan untuk membuat semua orang lupa akan keberadaan ku lima tahun lalu". Batin Eunha.
"Hahaha. Yak! Rubah ini". JK tertawa sinis.
"Apa baru saja kau menyebutku rubah?". Tanya Eunha tidak terima.
"Ne! Aku menyebutmu rubah, kenapa?". Tantang JK. Eunha melotot sebal, kini keduanya terlihat seperti dua bocah yang saling mengejek.
"Yak! Atas dasar apa kau mengataiku rubah?! Dasar kekanakan!".
"Pertama, kau meminta sajangnim memohon padamu. Kedua, kau memanfaatkan sajangnim untuk menghapus berita keponakanmu. Dan yang ketiga...". JK sungguh kesal dengan alasan yang ketiga ini.
"Kau memanfaatkan projek ini untuk mendapatkan keuntungan dariku. Juga kau menggoda Taehe Hyung setelah kau menggodaku dan membuangku begitu saja! Apa itu bukan rubah namanya?!". Teriak JK.
"Jeon Jungkook kau benar-benar kekanakan! Kenapa harus membawa-bawa Taehe Oppa disini?". Eunha jelas kesal karena JK membawa masalah pribadi di ruang meeting.
"Tck! Oppa? Yak! Bahkan kau tidak pernah memanggilku Oppa meski aku memohon saat kita berkencan dulu". Protes JK sambil berdecih.
"Itu karena kau lebih muda empat bulan dariku! Kenapa kau mengungkitnya lagi padahal kita sudah putus?!". Yang lain hanya bisa menyimak pertengkaran dua mantan kekasih itu. Seru sekali. Suasana yang tadinya panas berubah menjadi tontonan komedi. Bahkan Ung PD-nim tersenyum geli melihatnya. Inilah menariknya JK dan Eunha, love hate relationship keduanya membuat gemas.
"Majja! Kita sudah putus! Aku kesal karena kau menggoda Hyung-ku. Aku tidak mau dia menjadi korban perempuan kejam sepertimu!". Sahut JK yang sebenarnya cemburu.
"Bukankah kau juga sudah punya kekasih? Kenapa kau rewel sekali aku dekat dengan Taehe Oppa?". Eunha sudah tidak kuat dipojokkan terus. Maka ia pun mulai membawa skandal gadis di V-Live Hobi itu.
"Yak! Kau jangan fitnah! Aku itu jomblo tidak punya kekasih. Bagaimana mungkin aku mengencani perempuan lain?". Mendadak Eunha diam. JK juga merutuki dirinya sendiri yang kelepasan bicara.
"Wae? Kenapa tidak mungkin?". Tanya Eunha hati-hati. JK terlihat salah tingkah, lelaki itu menghindari tatapan Eunha.
"Aku sudah mati rasa karena seseorang! Aku tidak sanggup mencintai lagi, puas?!". Sahut JK jujur. Tiba-tiba ada perasaan bersalah yang menggelayuti hati Eunha. Apa JK mati rasa karena dirinya? Dan diam-diam Eunha merasa lega karena JK tidak bisa mencintai perempuan lain lagi.
"Yak! Ada apa denganku? Apa aku sudah gila". Eunha merutuki dirinya sendiri. Perempuan itu memukul kepalanya agar otaknya kembali berfungsi dengan benar.
"Wae? Kenapa diam saja? Jadi kau sekarang berkencan dengan Taehe Hyung?". Tanya JK lagi. Jelas penasaran karena hal yang ia tanyakan itu membuatnya tidak tenang dua hari ini.
"Apa kau gila? Bagaimana mungkin aku mengencani lelaki yang sudah aku anggap seperti kakak sendiri?". Omel Eunha. JK tersenyum puas mendengar jawaban Eunha. Tiba-tiba ia kembali bergairah.
"Oh, benar juga. Dia itu hanya Oppa, yang berarti kakak". Ung PD-nim geleng-geleng kepala melihat reaksi JK. Dasar bocah itu, gengsinya seperti remaja yang sedang puber saja.
Lalu setelah pertengkaran dua mantan itu usai, saatnya membaca proposal proyek dokumenter garapan Ung PD-nim.

"Yak! Dari judulnya saja aku tidak setuju...". Eunha mulai berkomentar padahal baru membaca judulnya saja.
"Interaksi Dibelakang Layar Antara Member Idol Populer dengan Member Idol Underated?...". Lanjut Eunha dengan kesal sambil mencoret kata underated.
"Ganti jadi rookie berpengalaman!". Perintah Eunha galak. Ia tidak terima grupnya dibilang underated. Darimana underated-nya? Kalau berbicara soal B-Friend, coba cari saja di internet lihatlah berapa banyak penghargaan yang mereka terima. Sementara Baby G, baru debut tujuh hari saja sudah mendapatkan first win diacara musik.
"Siap, kami akan segera menggantinya". Sahut Ung PD-nim siap tanggap.
"Jangan coba-coba menyebut grupku underated, arra! Haish! Aku kesal sekali". Eunha menatap nyalang kearah Ung PD-nim yang ketakutan. Sementara itu Yeonsu dengan sigap mengulurkan air pada Eunha yang langsung diteguk kasar. Para lelaki meneguk ludah melihat Eunha yang sedang marah, menyeramkan.
"PD-nim, jadi kami akan syuting secara terpisah?". Tanya JK agak sedih.
"Benar sekali, kebanyakan kami akan merekam kegiatan sehari-hari kalian. Mungkin bisa juga bertemu saat wawancara". Jelas Ung PD-nim.
"Yes!". Pekik Eunha kegirangan.
"Wae? Apa kau sebegitu enggannya bertemu denganku?". Tanya JK pada Eunha. Lelaki itu kesal sekali dengan sikap menyebalkan Eunha hari ini.
"Anni. Kenapa aku harus enggan? Toh aku sudah tidak ada perasaan apapun padamu?". Ejek Eunha sambil menjulurkan lidahnya.
"Tck! Kau pikir aku juga masih ada perasaan denganmu? Jangan berharap". Sahut JK tak kalah menyebalkan. Ung PD-nim tersenyum sebelum menyahuti.
"Sesi wawancara akan kita lakukan di rumah JK dan Eunha secara bergantian".
"Andwe! Jangan dirumahku!". Tolak Eunha. Kalau mereka datang kerumahnya yang ada status Jeongsan akan ketahuan.
"Kenapa? Apa kau menyembunyikan namja dirumahmu? Yak! Jung Eunbi...". Api cemburu di hati JK kembali membara. Ia sampai tidak bisa melanjutkan kalimatnya saking kesalnya.
"Diamlah! Aku tinggal dengan keluarga besar dan kadang tinggal di dorm Baby G. Tentu aku tidak mau privasi keluargaku diusik. Terlebih di dorm Baby G dilarang membawa namja!". Kata Eunha menjelaskan.
"Ah, benar juga. Ya sudah syuting di rumahku saja". Sahut JK santai. Toh rumah masa depannya dengan Eunha masih berdiri dengan kokoh. Belum ia jual, bahkan ia sering menghabiskan waktu sendirian di rumah itu.
"Baiklah. Kita sepakati syuting wawancara di rumah JK". Putus Ung PD-nim kemudian.
"Dan juga kalian hanya boleh merekam ku saat di agensi, lokasi syuting, salon, tempat pilates, bla bla bla...". Eunha benar-benar rewel. Yang mendengarnya pun hanya bisa menghela nafas mencoba untuk sabar.
"Diringkas saja. Intinya kau tidak mau direkam saat di rumah dan di dorm kan?". Potong JK.
"Ah, majja. Itu maksudku". Sahut Eunha sambil menjentikkan jarinya.
"Baik, bisa dimengerti. Kalau begitu silahkan tanda tangan kontraknya". Eunha dan JK menghela nafas sambil menatap selembar kertas itu. Setelah tinta yang mereka pegang tergores disana, mereka sudah tidak bisa menghindar dari proyek ini. Apapun yang akan terjadi selama satu bulan kedepan adalah resiko dari keputusan mereka untuk menerima proyek bersama. Eunha lebih dulu menandatangani kontrak diikuti JK.
"Bagus sekali. Terimakasih untuk hari ini, besok jam tujuh pagi kita bertemu di rumah JK untuk syuting hari pertama". Kata Ung PD-nim dengan wajah sumringah.
"Kamsahamnida...". Dengan cepat Eunha membereskan barang-barangnya lalu pergi begitu saja. JK juga sama, lelaki itu ikut-ikutan pergi dengan terburu lalu terjebak diambang pintu bersama Eunha.
"Yak! Menyingkirlah! Aku tidak bisa lewat". Omel Eunha karena JK memenuhi pintu. Badan Eunha yang kecil tentu terdesak oleh badan besar JK.
"Kau saja yang menyingkir! Aku ingin lewat sini". Sahut JK begitu menyebalkan. Lantas keduanya melotot satu sama lain.
"Aku yang lebih dulu sampai di sini".
"Salah siapa kau begitu lambat. Memangnya ini pintu nenek moyang mu?! Siapa saja boleh lewat sini!".
"Ini salahmu karena berbadan besar, dasar gorila!". Ejek Eunha. JK kesal karena dikatai gorila, dasar perempuan sekecil upil.
Dua mantan yang kembali ribut. Lima orang yang masih duduk di ruang meeting saling pandang. Bagaimana mungkin dua idol itu pernah hampir menikah dan punya anak tapi kelakuannya masih seperti bocah?
"Anak-anak tidak perlu berebut. Disini juga ada pintu keluar". Ung PD-nim menengahi dengan membuka salah satu pintu di sisi lain.
"Hhhhhhh!". Dengus Eunha sambil menghentakkan kakinya. Perempuan itu berjalan sambil menahan sebal menuju pintu yang ditunjukan Ung PD-nim.
To be continue...