"Yasudah, Mama dan Papa beli makanan dulu. Kebetulan mama tidak masak dan pasti kamu belum makan juga kan?" Tanya Reni pada Diandra. Wanita itu dengan cepat menganggukkan kepalannya benar saja dirinya belum makan sama sekali sejak kemarin saat ia mengetahui bahwa orang tuanya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya.
"Pa ayo kita beli makanan" Ucap Reni pada suaminya yang kemudian mendapat anggukan dari sang suami.
"Oh iya Rayan, kamu kasih tau kamar Diandra dimana ya" Ucap Reni yang kemudian mendapatkan anggukan dari putranya itu.
***
"Pa, kamu kenapa diam saja? Tidak seperti biasanya" Tanya Reni yang melihat keanehan dari wajah sang suami.
"Aku tidak habis fikir Ma, mengapa mas ku sama sekali berbuat hal seperti itu. Jika aku tau kejadiannya akan seperti itu, aku jelas jelas tidak akan mau mengadopsi anaknya." Ucap Riandi dengan tangan yang mengepal di atas stir mobilnya itu. Dirinya sangat begitu merasakan kesialan.
"Aku juga tidak habis fikir mas, mengapa mas mu itu melakukan hal konyol seperti itu. Bukan kah gajinya sudah sangat mencukupi untuk membesarkan anak satu satunya yang ia miliki itu. Aku sebenarnya ingin menolak ia tinggal dirumah kita mas. Namun, aku sangat begitu tertarik dengan uang yang ditinggalkan mas mu itu untuk kehidupan putrinya itu. Aku sangat begitu yakin bahwa uang yang ditinggalkannya bukan sedikit" Ucap Reni sambil memasang senyum miringnya.
"Hah?! Ku fikir kau sangat begitu senang ada dia rumah kita, karena aku sama sekali tidak melihat wajahmu merasa dibebani sedari tadi. Namun, ternyata aku salah, kau punya maksud yang tersembunyi ya"
"Mas, kau tau sendiri bahwa perusahaan tempat mu bekerja juga sedang mengalami penurunan. Kapan saja bisa bangkrut, bahkan jika melihat situasi seperti ini, aku tidak yakin bahwa perusahaan mu akan bertahan dengan lama. Justru itu kita akan memanfaatkan uang untuk biaya kehidupan ponakan mu itu" Ucap Reni meyakinkan suaminya
"Benar apa yang kau ucapkan. Tapi dia masih sekolah, dia seumuran dengan putra kita, mereka masih kelas 3 SMA. Itu artinya biaya pendidikan mereka akan sangat begitu memberatkan kita." Ucap Riandi mengingat bahwa putri mas nya itu seumuran dengan putranya.
"Halah mas, itu adalah hal yang gampang. Kita akan hanya menyekolahkan anak kita, sementara kita akan meminta Diandra untuk berhenti bersekolah." Ucap Reni
"Bagaimana caramu melakukannya?"
"Serah kan saja padaku"
"Kau memang selalu bisa untuk diandalkan"
***
"Ini kamar lo, kamar kita sebelah sebelahan kalo ada apa apa lo bisa dateng kekamar gue. Soalnya kamar mama sama papa ada dibawah " Ucap Rayan, dengan begitu manis.
"Thanks ya"
"Hm"
"Eh kita belum pernah kenalan, selama ini nyokap bokap lo, kalo kerumah gue gak pernah bawa lo, jadi gue gatau lo dan nama lo" Ucap Diandra sambil menjulurkan tangannya berharap bahwa sepupunya yang tidak pernah ia lihat ini mau membalas
"Diandra"
"Gue Rayan"
"Seneng kenalan sama lo" Ucap Diandra sambil tersenyum manis, Rayan hanya terdiam dalam hatinya sangat memuji kecantikan yang dimiliki oleh wanita ini.
"Hm, lo siap siap dulu gih. Ganti baju dan turun kebawah, lo bilangkan belum makan" Ucap Rayan. Diandra mengangguk sambil tersenyum lalu segera menutup pintu kamarnya karena Rayan pun segera keluar dari dalam kamarnya.
Diandra membuka sebuah tas yang dari tadi ia pegangi itu. Sebuah bingkai foto membuat air matanya kembali membasahi pipinya.
"Kenapa papa sama Mama begitu jahat, kalian tinggalin Dian sendirian" Ucapnya begitu lirih. Lalu meletakkan bingkai foto tersebut diatas meja disamping tempat tidurnya.
***
Diandra berjalan menuruni anak tangga rumah Pamannya itu, terlihat jelas meja makan yang berada diruang bawah itu. Diandra sangat begitu asing dengan rumah ini karena sekalipun papanya tidak pernah mengajak ia dan mamanya mengunjungi rumah pamannya ini. Dengan alasan yang selalu sibuk dengan urusan kantornya.
Reni, Riandi dan Rayan sudah menunggu Diandra sedari tadi diatas meja makan sederhana itu. Diandra mendekat kearah mereka sambil tersenyum tipis dan hanya Reni yang membalas senyuman indah Diandra Rayan Dan Riandi hanya sibuk dengan makanan yang berada dihadapan mereka.
"Lama banget kamu, seneng gak sama kamarnya?" Tanya Reni basa basi lalu mempersilakan Diandra untuk duduk di sebelah bangku sebelah dirinya.
"Seneng kok bi" Ucap Diandra sambil mendudukkan bokongnya diatas kursi.
"Maaf ya rumah Paman dan Bibi. Tidak sebagus rumah kamu, dan juga hanya ini yang bisa Bibi berikan kepada kamu, Paman dan Bibi berharap semoga kamu senang berada disini" Ucap Reni sambil menyendokkan nasi ke piring Diandra
"Kalian sudah memberikan izin pada Diandra untuk tinggal dirumah ini saja, Diandra sudah sangat begitu senang. Kalau tidak ada Paman dan Bibi, Diandra tidak tau lagi harus mengadu kemana dan kemana"
***
20 menit berlalu akhirnya mereka siap dengan makan masing masing.
"Ma, Pa Rayan ke kamar dulu. Sudah ngantuk" Ucap Rayan lalu beranjak pergi meninggalkan Diandra dan kedua orang tuanya.
"Diandra" Panggil Reni, sekilas menatap suaminya yang masih memasang wajah begitu kesalnya
"Kenapa Bi?" Tanya Diandra yang baru saja siap dengan makanannya
"Begini, kebetulan kau sekarang sudah tidak tinggal di kota lagi. Perjalanan ke kota cukup memakan waktu yang lama, tidak ada yang bisa mengantarmu karena di rumah ini hanya mempunyai satu mobil, dan Paman mu juga hanya seorang karyawan biasa, hal itu harus membuat dirinya harus datang ke kantor lebih awal. Untuk itu aku dan Paman mu menyarankan bahwa kau pindah kesekolah dimana Rayan bersekolah saja. Bagaimana?" Tanya Reni
Diandra terdiam sejenak, sejujurnya ia amat tidak sangat setuju jika harus meninggalkan sekolahnya dan teman temannya. Karena hanya merekalah yang dikenal baik oleh Diandra. Biarpun Kedua orang yang ada dihadapannya kini adalah saudaranya, namun mereka sangat begitu asing bagi Diandra.
"Tidak ada pilihan lain Dian, selain menyetujui hal itu. Kami tidak ingin jika terlalu banyak mengeluarkan biaya yang diberikan orang tua mu, agar dirimu bisa melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi" Sambung Riandi
"Baiklah, aku setuju. Tapi aku tidak ingin kesekolah itu lagi, aku tidak kuat menjawab pertanyaan dari teman temanku, bisakah kalian saja yang mengurus semuanya?" Tanya Diandra sambil menundukkan pandangannya.
"Tentu saja bisa" Ucap Reni sambil mengelus kepala Diandra
"Kalau begitu besok aku akan menghubungi pengacara Papa, untuk mentransfer uang kebutuhan sekolah baru ku" Ucap Diandra, yang kemudian mendapat anggukan dan senyum manis dari Paman dan Bibik nya itu.
"Ya sudah, kamu istirahat saja dulu. Besok tidak usah bangun pagi, karena lusa kamu baru bisa datang ke sekolah" Ucap Reni, Diandra tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Paman dan Bibiknya itu.