"Dinda, maaf ya?" bisik Angga dengan tulus.
Meskipun itu kata-kata sederhana, tapi Dinda merasa Angga sangat gentleman dan sempurna. Jadi gadis itu tersenyum indah pada Angga.
Kemudian dia mengangguk. "Tidak apa-apa, Angga." Di tengah keriuhan itu. Semua pegawai yang duduk bersama mereka sudah mulai mengobrol, sepertinya mulai melupakan tentang godaan yang tadinya mereka layangkan untuk Angga dan Dinda. Karena, yeah, biar bagaimana pun menggoda seperti itu hanya selingan untuk mereka.
Mereka tidak bermaksud serius kok, hanya sedang mencoba untuk mencari hiburan untuk diri mereka masing-masing. Karena hidup ini terlalu banyak masalah, karena pekerjaan ini terkadang terlalu berat dijalani. Jadi mereka ingin memanfaatkan waktu saat di kafe dengan penuh canda.
"Dinda, kamu makan apa? Kamu bawa bekal?" tanya Angga dengan riang, melihat pada kotak bekal Dinda yang berwarna putih. Bahkan jemari Dinda terlihat sangat cantik. Sementara jari Angga sangat kasar dan penuh kapalan.
