Setelah itu mereka ditinggal sebentar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena tempat itu cukup terbuka untuk dilihat banyak orang. Jadi mereka tidak perlu cemas soal apa pun.
"Apa yang Tuan inginkan?" kesal Dinda. Dia sangat ingin pergi, tapi dia harus menghargai para dosen.
Kak Justin ingin membahas mengenai perasaannya pada Dinda, tapi sebisa mungkin dia menahannya. "Aku ingin membahas mengenai beasiswa yang ingin kutawarkan pada mahasiswi berprestasi di sini. Dan kata para dosen orang itu adalah kamu."
Dinda mengepalkan tangan. Sebenarnya dia berminat dengan beasiswa ini akan tetapi dia terlalu benci dengan Kak Justin yang selalu mendekatinya. Jadi Dinda menolak. "Maaf, tapi saya sepertinya belum bisa mengambil satu pun beasiswa. Karena saya masih belum yakin apakah akan mengambil program S2."
