Nindia akhirnya tidak ikut makan malam bersama keluarga suaminya. Matanya merah dan wajahnya masih basah oleh sisa-sia air mata. Dan Fadil jadi tidak tega jika harus memaksakan istrinya untuk ikut makan malam bersama keluarganya dalam kondisi hati yang tidak baik.
"Mana istri kamu, Fadil?" tanya papi sembari menatap ke arah putranya yang baru saja duduk di sebelahnya.
"Hhmm, Farel sedang rewel, pi. Jadi mereka makan di kamar saja. Biar bibi yang bawakan makanan untuk mereka," jawab Fadil berbohong lantas mengisi piring kosong di hadapannya dengan nasi beserta lauk pauk.
"Halah, memang istri kamu itu. . ."
"Mi," tegur papi sembari menggelengkan kepalanya ke arah istrinya.
"Tolong, mi. Jangan membuat selera makanku hilang," ucap Fadil lirih lalu mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Huhh," dengus mami kesal lalu melanjutkan lagi makan malamnya.
