Aron masih termenung di sofanya. Apa yang tadi dikatakan securiti mengganggu pikirannya. Dia yang keras kepala tidak ingin menurunkan apa yang sudah yakini olehnya. Tapi bayang-bayang kebersamaannya bersama Elnara beberapa hari ini membuat Aron merasa ada yang berbeda di dalam hatinya. Dia jadi teringat anak pembawa sial yang selalu dibencinya.
"Untuk apa aku mengingat anak pembawa sial itu," kata Aron. Dia tidak ingin mengakui hatinya yang ada sedikit rasa pedulinya pada Elnara. Aron berdiri berjalan menuju ranjang. Dia berbaring di ranjang. Coba memejamkan matanya dan tidak memikirkan apapun yang berhubungan dengan Elnara. Hanya saja sampai di dalam mimpinya pun Aron bertemu Elnara.
"Papa aku masak gulai ayam," ucap Elnara. Wajahnya terlihat jelas tersenyum pada Aron dengan senyuman manis yang mengembang di bibir merah delimanya.
"Wah gulai ayam kesukaan Papa ayo kita makan," jawab Aron. Dia terlihat suka melihat masakan kesukaannya ada di atas meja.
