"Brian bercandamu gak lucu, jangan beri aku harapan palsu, aku tahu siapa diriku," ujar Fiona. Dia berjalan lebih dulu. Berjalan di tepi jalan. Air matanya mulai menetes di pipinya yang kotor terkena lumpur. Dia memang menyukai Brian bukan berarti dia ingin diberi harapan palsu atau hanya sebuah mimpi. Lebih baik dia menelan pil pahit ya sekarang dari pada nanti.
"Kakiku cacat, gak mungkin Brian menyukaiku, pasti dia bercanda," batin Fiona. Dia tak ingin dikasihani. Meskipun kakinya cacat.
"Fiona!" teriak Brian di belakang Fiona. Dia berusaha mengejar Fiona. Apa yang dikatakannya serius bukan suatu kebohongan belaka atau lelucon.
Fiona tak menggubris. Dia terus berjalan. Lebih baik sakit sekarang dari pada nanti. Dia tak ingin terluka karena perasaannya yang tidak berbalas. Melupakan dan menghindar itu lebih baik.
