Ryan bangun dari kursi. Berjalan meninggalkan Zea tanpa sepatah kata pun. Dia berjalan dengan lemas seolah sudah tak memiliki harapan apapun lagi untuk hubungannya dan Zea. Rasa kecewa dan kekesalan bercampur aduk menyelimuti dirinya sambil melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu. Dia tidak mungkin mempertahankan Zea. Jika hanya karena derajat dan kedudukan mungkin dia masih bertahan tapi karena berhubungan dengan harga diri, Ryan tidak bisa menerima semuanya itu.
Zea duduk di kursi dan menangis atas semua yang sudah terjadi. Air matanya dibiarkan kejujuran di pipi. Dia tahu tidak banyak orang yang bisa menerima masa lalunya apalagi orang itu akan hidup bersamanya. Satu banding seribu jika ada laki-laki yang mau menerimanya apa adanya.
"Aku tahu tidak mungkin ada laki-laki yang mau menerima masa laluku. Aku kotor, semua lelaki pasti mundur saat tahu masa laluku," ucap Zea. Dia sudah tahu pasti akhirnya akan begini tidak mungkin ada lelaki yang mau menerimanya dengan masa lalunya.