Brian mulai bermain. Dia melangkah duluan. Memainkan bidak caturnya. Sedangkan Aron masih diam seribu bahasa. Dia terlihat smart. Meyakinkan kalau dialah ahli catur terbaik. Tak seperti Brian yang sudah berkeringat di dahi dan pelipisnya. Belum lagi tangannya gemetaran. Tampak amatiran.
"Brian lihat cara suhu bermain, dia masih diam saja. Kira-kira strategi apa yang akan dimainkannya?" kata Evander. Semakin membuat Brian demam panggung. Brian menelan ludahnya berkali-kali. Perang baru mau dimulai udah ketakutan duluan.
"Evan, bantu doa, jangan bikin gue kena mental," ucap Brian. Sudah jelas dia memang gugup. Melawan Aron yang terlihat tenang. Seakan musuhnya sudah memiliki strategi jitu.
"Gue bantu doa, biar kau tidak kalah-kalah amat," kata Evander. Dia sudah tak yakin kalau Brian akan memenangkan pertandingan catur itu. Mukanya sudah terlihat menggambarkan kekalahan gimana Evander mau dukung.