Chereads / Istri Tak Rupawan / Chapter 9 - Berbohong Demi Membahagiakan

Chapter 9 - Berbohong Demi Membahagiakan

"Eh, tidak, Nak! Sungguh, tidak begitu ... Mama sangat bahagia dan setuju dengan pernikahan kamu ...."Nurma dengan cepat menyangkal ucapan Aurel yang sebenarnya ada benarnya juga.

Namun, lagi-lagi semua ini hanya untuk membahagiakan seorang anak yang sangat disayang dan dikasihi.

"Lantas atas dasar apa Mama bersedih seperti ini? Sangat bohong jika Mama mengatakan tidak terjadi sesuatu?" Aurel terus saja menekan agar Mamanya mau jujur dan bercerita.

"Aku tidak mungkin terus diam seperti ini. Aurel pasti akan terus bertanya sampai aku menjelaskan. Ah, tapi tetap saja aku tidak ingin mengatakan jika aku dan Mas Putra akan bangkrut jika menghabiskan uang yang sangat banyak untuk pernikahannya itu. Iya, aku harus bohong dan mengalihkan semuanya!" batin Nurma.

Nurma lalu memutar posisi duduknya dan menatap Aurel yang juga sedang menatap Nurma penuh tanda tanya.

Nurma tersenyum sembari memegang tangan Aurel. "Nak, dengarkan Mama. Ada sedikit masalah di perusahaan kita dan kesedihan Mama ini tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan kamu."

"Benarkah, Ma?" sahut Aurel iba kepada sang Mama.

Aurel tahu jika usaha yang dirintis kedua orangtuanya itu dari 0 dan jika terjadi sesuatu dengan usaha tersebut akan membuat Nurma dan Putra sedih.

"Maafin Aurel, Ma. Seharusnya Aurel bisa kerja keras lagi agar perusahan Mama dan Papa semakin berkembang. Apa karena Aurel tidak becus mengurus perusahan Mama dan Papa hingga bermasalah seperti ini?"

Begitulah sifat Aurel. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri saat kedua orangtuanya mendapatkan masalah. Itulah sifat baik dari Aurel.

Bagaimana mungkin Nurma dan Putra tega melukai hati Aurel jikalau menggagalkan pernikahannya? Sungguh Nurma dan Putra tidak enak hati.

"Loh, kamu ini ngomong apa, Sayang? Tidak mungkinlah semua ini karena kamu. Justru kamu begitu kompeten dalam mengurus perusahan kita. Kamu itu anak yang pandai, cerdas, semangat dan bertanggung jawab!" sergah Sang Mama.

"Lalu? Mengapa bisa terjadi masalah? Apakah kita akan mengalami kebangkrutan, Ma?"

Deg!

Mendengar pertanyaan Aurel, dada Nurma semakin sesak. Di dalam hatinya ingin sekali meluapkan semuanya agar bisa menyelamatkan keluarganya dari keterpurukan dan keburukan di masa depan. Namun, Nurma tetap tidak sanggup.

"Tenanglah, Aurel Sayang. Semuanya akan baik-baik saja. Percaya sama Mama. Yang paling penting, sekarang kamu harus berbahagia karena sebentar lagi akan menikah dengan Vero."

"Ta-tapi, Ma?"

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Biar Mama dan Papa yang mengurus semuanya."

Demi tidak ingin menjadi pembicaraan yang panjang, Nurma lalu berdiri dan mengajak Aurel untuk beristirahat. Jam di dinding pun sudah menunjuk ke angka 12 malam.

***

"Kenapa aku merasa Mama berbohong? Terlihat jelas di mata Mama. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Ya Tuhan! Aku mohon, lindungilah Mama dan Papa dan jagalah dia ... jangan Engkau biarkan air mata Mama dan Papa menetes!"

Sebuah doa yang dipanjatkan oleh Anak yang berbakti pada kedua orangtuanya sebelum terlelap tidur.

Saat Aurel sudah tidur, Nurma yang sejak tadi menatap langit-langit kamar mendengar suara mobil Suaminya.

"Itu Mas Putra sudah pulang. Sebaiknya aku sambut dia!" ucap Nurma langsung terperanjat dari tempat tidur.

Benar saja, mobil hitam mewah baru saja masuk ke dalam garasi mobil. Nurma menunggu di depan pintu untuk memberikan penyambutan terbaik untuk Suaminya itu.

"Mama? Kok belum tidur?" tanya Putra saat mendapati Nurma telah berdiri dengan memperlihatkan senyuman manisnya.

Nurma lalu meminta tas yang sedang dipegang Putra. "Sini biar Mama yang bawa," ucap Nurma.

"Di dunia ini Papa sangat bahagia bisa mempunyai Istri yang super cantik dan perhatian seperti, Mama," jawab Putra kemudian.

"Ah, Papa ini malam-malam gombal deh!" Nurma tersipu malu dengan pujian yang diberikan Putra.

Sebenarnya di sela-sela candaan yang terjadi ada masalah besar yang dipendam Putra. Tapi, dia tidak akan mengatakannya malam ini.

"Papa capek, kita tidur yuk, Ma!" ajak Putra yang sebenarnya hanya ingin menghindar dari pertanyaan Nurma yang bisa saja terjadi.

***

Paginya Putra baru bercerita bahwasanya malam tadi, dia sudah mentransfer uang 100 Miliyar ke rekening Melisa.

"Maafkan Papa, karena tidak memberitahu Mama dulu," ucap Putra pada Nurma yang sedang menyantap sarapan pagi seadanya.

"Mama mengerti, Pa. Mama juga tahu, pasti Mbak Melisa mendesak menyuruh mentransfer uang tersebut bukan? Tidak apa-apa. Papa sudah melakukan yang terbaik."

"Em, tapi ada masalah besar yang akan terjadi jika dalam beberapa minggu kita tidak bisa mendapatkan uang 50 Miliyar."

"Maksud Papa?" sanggah Nurma menghentikan suapannya hanya ingin mendengar penjelasan Sang Suami secara rinci.

"Sebenarnya kita hanya punya tabungan 50 Miliyar dan 50 Miliyar lagi Papa dapatkan dari menggadai aset perusahaan," jelas Putra sedih.

Keluarga ini memang sangat kaya raya. Namun, kekayaan mereka selama ini setengahnya dibagikan ke fakir miskin, duafa dan yayasan yatim piatu. Jadi wajar jika tabungan yang mereka punya hanya sedikit, yakni 50 Miliyar.

"Astagfirullah, Mama ikut sedih mendengarnya, Pa ...."

Tiba-tiba Aurel datang dan buru-buru Nurma dan Putra mengubah kesedihan menjadi senyum kebahagiaan di depan Sang Anak.

"Selamat pagi, Ma ... Pa," sapa Aurel sembari mengecup kening Nurma dan Putra.

"Wah, Anak Mama wangi banget! Sudah cantik pula!" puji Nurma mengumbar senyum.

"Ah, Mama bisa saja. Aurel hanya ingin membuat bangga Mama dan Papa dengan berangkat lebih awal ke kantor dan lebih bertanggung jawab."

"Masya Allah, ini baru Anak Papa!" sahut Putra takjub.

Namun, di dalam ketakjuban Putra, di dalam hatinya sedih. Dia takut jika senyuman dan semangat yang ditunjukkan Aurel sebentar lagi menghilang bersamaan dengan hilangnya aset perusahaan dan kekayaan.

Keluarga ini benar-benar sedang dalam masalah besar akibat ulah NENEK LAMPIR yang disebut Melisa! Andai saja dia tidak menuntut kemewahan, pasti Aurel dan keluarganya sama sekali tidak bingung dan sedih.

"Oh iya, nanti Aurel pulang terlambat ya, Ma ... Pa ...." Aurel memulai pembicaraan.

"Loh, memangnya kamu mau ke mana, Sayang?"

"Aurel mau lihat hotel yang nantinya menjadi lokasi pernikahan Aurel dan Mas Vero, Ma."

"Oh ... hati-hati ya. Mama titip salam buat Nak Vero."

"Siap Mama."

"Sebenarnya, Aurel bingung. Kenapa saat kemarin Aurel tanya tentang pembiayaan acara resepsi Mas Vero diam saja. Apakah ada sesuatu yang disembunyikan darinya? Kira-kira menurut Mama dan Papa bagaimana? Apa Mama dan Papa tahu siapa yang mendalangi semua pembiayaan itu?"

Uhuk!

Putra tiba-tiba tersedak mendengar penuturan Aurel. Dia memang anak yang sangat cerdas dan pemikir. Pertanyaannya selalu bisa menebak permasalahan yang ada.

Spontan, Aurel berpikir sembari melihat ke arah Papanya.

"Kenapa Papa tersedak seperti itu? Jangan-jangan Papa dan Mama memang tahu dan sedang menyembunyikan sesuatu?" batin Aurel.

"Papa gak apa-apa? Maaf jika pertanyaan Aurel membuat Papa syok. Tapi ...."

***

Bersambung.