Setelah melewati pernikahan yang panjang dan melelahkan. Tibalah saatnya Vero dan Aurel menatap dunia baru. Di mana mereka telah menjadi sepasang Suami-Istri.
"Mas, aku pulang ke rumah kamu kan?" tanya Aurel sembari beberes.
"Iya dong, Sayang. Aku sudah tidak sabar ingin berduaan denganmu," jawab Vero langsung merengkuh tubuh Aurel dari belakang.
Aurel kali ini tidak menolak. Inilah indahnya menikah dan menghalalkan sebuah hubungan. Terasa nikmat dan tidak terbebani akan dosa.
Vero memeluk tubuh Aurel dengan erat sembari mengecup lehernya begitu antusias membuat wanita cantik itu menggeliat seperti ulat.
"Sayang, kita lakukan sekarang saja yuk!" ajak Vero semakin tidak tahan.
"Sabar Mas, sebentar lagi kita pulang kok. Lagipula kalau kita melakukannya di sini, kasihan Mama dan Papa menunggu kita. Lagian semuanya sudah aku beresin dan tinggal pulang."
"Ah, tapi barang pusaka yang terkurung sudah berdiri tegak!"
Vero terus mengecup leher dengan nafsu yang memburu. Sayangnya, pintu kamar diketuk.
"Vero, Aurel? Ayo ... Mama dan Papa sudah siap nih!" Kalimat itu terdengar lantang dari sisi pintu yang mengharuskan Vero menunda keinginannya seketika.
"Huh, ganggu saja!" gerutu Vero kesal.
"Baik, Ma!" seru Aurel menanggapi panggilan Melisa.
Aurel dan Vero pun langsung keluar. Ternyata, Melisa, Abimanyu serta Nurma dan Putra sudah berdiri di depan pintu dengan senyum mengembang.
"Mbak, Mas, saya dan Mas Putra titip Aurel ya ... semoga dia bisa menjadi menantu yang baik dan tidak merepotkan Mbak Melisa sekeluarga," ucap Nurma sungguh-sungguh.
"Tenang saja. Kalian tidak perlu khawatir lagi. Semuanya pasti akan baik-baik saja," jawab Melisa masih dengan kesombongan yang ada.
"Tante, kami pamit dulu ya ... kami berjanji akan sering-sering berkunjung," sahut Vero pada Nurma dan Putra kemudian.
"Hati-hati ya, Sayang. Tante titip Aurel padamu."
Nurma menahan air mata yang ingin terjatuh. Tetapi kali ini Nurma menahannya. Aurel langsung memeluk kedua orang tuanya dengan erat.
***
"Ma, Pa, kami ke atas dulu," ijin Vero dengan tangan yang menggenggam erat sang Istri.
Melisa dan Abimanyu sangat paham maksud Vero. Mereka hanya senyum-senyum menggoda Sang anak sambil mengangguk.
"Tenanglah, kami tidak akan mengganggu kamu. Lagipula, Mama dan Papamu ini juga sudah pernah merasakan apa itu malam pertama," imbuh Abimanyu.
Vero lalu tertawa dan pergi sambil berlari kecil. Pria tampan itu kini tidak akan membiarkan siapapun mengganggunya.
"Akhirnya aku bisa memiliki Aurel! Tidak ada lagi yang bisa merebutnya dariku! Kecantikannya, tubuh indahnya, mata indah itu, dan semuanya kini menjadi milikku!" batin Vero setelah melemparkan tubuh Aurel ke kasur dan mengunci pintu.
Aurel yang telah terbaring lemas tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya jantung yang berdegup kencang saat ini yang ia rasakan. Bahkan, karena ini menjadi pertama kali untuknya, Aurel sampai tidak berani menatap Vero.
Vero telah melepas baju dan celananya. Kini yang tersisa hanya dalaman. Tentu saja gerak-gerik Sang Suami terdeteksi oleh Aurel, meskipun dia tidak sedang menatapnya. Namun, bayangan akan tingkah Vero itu membuat aliran darah Aurel seolah berhenti mengalir.
"Ya Allah, kenapa aku deg-degan seperti ini? Padahal, aku sudah sah menjadi istrinya Mas Vero, tapi tetap saja aku malu ...," gumam Aurel sambil menutup kedua matanya.
Belum juga sempat mengatur nafas yang semakin memburu, Vero tiba-tiba menindih tubuhnya dengan aroma parfum yang menyengat.
"Sayang, sekarang waktunya aku menikmati tubuhmu," bisik Vero persis di bawah telinga Aurel.
Aurel semakin geli dan pasrah mendengar serta merasakan gerakan dari tangan Vero yang mulai melepas pakaiannya.
Tubuh indah serta kulit putih nan bersih milik Aurel mendorong Vero semakin menenggelamkan dirinya di tubuh wanita cantik itu.
Seperti orang yang sedang kehausan karena berpuasa. Namun, bukan puasa menahan lapar dan dahaga, melainkan dari hasrat yang selama ini ditahan.
Kecupan demi kecupan Vero berikan pada Aurel memberi kenikmatan tersendiri untuk Aurel yang memang sama sekali belum pernah disentuh seseorang.
Aurel berhasil memberikan dirinya utuh hanya demi Suami tercinta.
"Bagaimana, Sayang? Apa kamu suka?" tanya Vero di sela-sela dia mencecap bibir Aurel.
"Entahlah, Mas. Aku bingung mengekspresikan semuanya. Rasanya aku saat ini sedang melayang di udara bersama burung-burung. Nikmat sekali," jawab Aurel sambil mengerang kesakitan, tapi enak.
Ya, saat ini Vero telah mendapatkan keperawanan Aurel. Semuanya sudah didapatkan Vero.
Mendengar Aurel mengerang gemas, Vero semakin pula tidak ingin melepaskannya. Malahan, dia semakin menekan ke dalam hingga Aurel menjerit dan buru-buru tangannya membungkam mulutnya sendiri.
***
"Pa, kita intip Vero yuk." Entah ide gila dari mana yang didapatkan Melisa hingga dia mengajak Suaminya untuk melihat adegan panas dari Sang Anak.
"Hus! Mama ini ada-ada saja! Gak baik! Memangnya Mama tidak merasa risih melihat begituan yang dilakukan anak sendiri!" tolak Abimanyu sambil melototi Melisa.
Melisa lalu nyengir sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Kenapa Mama bisa berpikiran seperti itu? Ah, Papa tahu ... pasti Mama pengen ya?" goda Abimanyu sembari menggerakkan kedua alisnya.
"Ah, Papa ... Mama kan jadi malu."
Tidak butuh waktu yang lama dan banyak basa-basi, Abimanyu langsung menarik tangan Melisa kemudian menggendongnya.
Ke mana lagi kalau tidak pergi ke kamar? Ya, mereka masuk dan mengunci pintunya rapat-rapat. Abimanyu dan Melisa ternyata tidak mau kalah dari anaknya.
Suasana rumah menjadi sepi dan semakin larut. Tidak ada acara makan malam atau sekedar berbincang-bincang santai. Ditambah rintikan hujan turun dan semakin deras membuat malam ini semakin syahdu.
Suara-suara yang ditimbulkan dari dua kamar yang berbeda tenggelam dengan suara derasnya air hujan.
Hangat dan menyenangkan! Kalimat itulah yang menggambarkan apa yang tengah dirasakan oleh dua pasangan yang sedang memadu kasih.
Jika Melisa dan Abimanyu sudah ahli dalam bidang enak-enak. Berbeda dengan Aurel. Di sisi lain, Aurel takut.
"Mas, aku takut," lirih Aurel di sisa-sisa kekuatannya.
"Takut kenapa, Sayang?" Vero yang masih berpacu dalam gerakannya mencoba menanggapi ucapan Aurel.
"Aku takut, saat aku nanti buang air kecil, bagian kewanitaanku terasa perih," jawab polos Aurel.
Vero tentu saja tidak bisa menahan tawa akibat ucapan dari Istrinya itu. Vero tidak menyangka saja, jika di tengah-tengah adegan panas yang masih berlangsung, Aurel menanyakan sesuatu yang sangat lucu.
"Memangnya kamu tahu dari mana?" Vero menanggapi.
"Em ... kata teman-temanku yang sebelum menikah memberitahu."
Vero tertawa semakin keras. Sungguh dia tidak menyangka jika wanita yang telah menjadi Istrinya itu benar-benar polos!
"Sekarang aku tanya, apa tadi saat aku memasukkan pusaka itu kamu tidak merasa perih dan sakit?" tanya Vero sambil menggoyangkan tubuhnya ke kiri, ke kanan dan memutar membuat Aurel meringis merem melek.
"Mas ...!" Aurel membungkam kembali mulutnya dan tidak lagi bertanya apa-apa. Apa yang baru saja dilalukan Vero sangatlah enak.
***
Bersambung.