Aurel kemudian pergi begitu saja dari hadapan Vero. Kalau dia tidak segera enyah darinya pasti akan terjadi perdebatan yang menguras emosi dan gak kelar-kelar.
"Aurel? Aurel?" panggil Vero sedikit pelan agar tidak terdengar oleh karyawan yang lain. Namun, suara yang pelan itu tidak dipedulikan oleh Aurel padahal telinganya masih normal dan bisa mendengar panggilan tersebut.
"Panggil aja terus sampai mulutmu dower! Aku mah bodoh amat! Dulu situ ngapain aja pas aku lagi sayang-sayangnya? Pura-pura tuli dan bisu kan? Terus sekarang kamu bilang menyesal dan pengen balikan sama aku? Halo!!! Situ waras?!"
Mungkin begitulah isi hati Aurel saat ini. Biarpun dia wanita baik-baik dan santun, tetap sah-sah saja bukan kalau sesekali meluapkan emosinya? Walaupun di dalam hati dan pikirannya saja.
Vero akhirnya menyerah dan tidak lagi memanggil Aurel karena sosok mantan istrinya itu mengacuhkannya sekaligus tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.