Chereads / THE MOORS : LOST KINGDOM / Chapter 3 - BAB I : CHAPTER 3 : 'pesta'

Chapter 3 - BAB I : CHAPTER 3 : 'pesta'

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

H-3 pesta, Pagi hari istana utama Lurie

Pagi ini kaisar Lurie III sudah sibuk dengan kertas kertas yang menggunung di mejanya. Sudah sejak lama sejak terakhir kali dirinya mengurus tugas negara yang kini sudah di ambil alih oleh Duke Barnold. Ini memang melanggar hukum karena sebagian besar tugas yang harusnya menjadi tugas dan tanggung jawabnya malah dikerjakan oleh seorang adipati.

Ditengah fokusnya suara ketukan pintu kamarnya tak membuat atensinya beralih.

"Masuk"

"Yang mulia, apa anda akan menyebarkan undangan juga kepada rakyat biasa?"

Kaisar Lurie III hanya melirik sekilas Duke Barnold yang sudah berdiri di depannya pagi ini.

"Tidak"

"Mohon maaf yang mulia. Tapi, lord Oars yang meminta saya untuk menyampaikannya yang mulia"

Helaan nafas keluar dari mulutnya. Punggunya ia sandarkan pada sandaran kursi dan tangannya mulai memijat pangkal hidungnya berusaha mengurangi rasa sakit kepala yang ia rasakan.

"Undang saja"

"Baik yang mulia"

----------

Hari H pesta kerajaan, ballroom istana kekaisaran Lurie, malam hari.

Malam ini sesuai yang dijanjikan oleh kaisar Lurie III bahwa malam ini akan diadakan pesta di isatana kekaisaran untuk pertama kalinya saat pemerintahan kaisar Lurie Karl Marx III setelah raja II wafat dan digantikan oleh dirinya.

Entah apa yang akan direncanakan oleh Oars, Madeleine tak tahu menahu dan hanya menuruti setiap ucapan pria itu. Setiap kali dirinya bertanya apa yang direncanakan oleh pria itu, pria itu sama sekali tidak menjawab apapun mengenai pertanyaan yang dilontarkan oleh Madeleine. Madeleine semakin dibuat curiga oleh tingkah Oars yang seperti ini, tak memberikan dirinya kejelasan.

"Oars! sudah cukup! apa sebenarnya yang direncanakanmu? jika ini kejahatan besar aku tak akan ikut denganmu."

Madeleine menaikan nada suaranya membentak Oars yang adalah seorang bangsawan viscount. Padahal dirinya tak boleh lepas kendali seperi ini, tapi sejak tadi Oars terus saja mengalihkan pembicaraan saat Madeleine mulai mengungkit ungkit apa rencananya ditambah mungkin dengan hormon kehamilan, Madeleine jadi lebih sentimental.

Saat ini Oars dan Madeleine tengah berada di dalam gubuk milik Madeleine dengan Oars yang membawa banyak gaun pesta untuk dikenakan oleh gadis itu pergi ke pesta nanti.

"Madeleine tak bisakah kau menurutiku saja?"

Terselip nada yang menunjukan rasa lelah yang kentara, tapi itu tak membuat Madeleine melunak.

"Apa selama ini yang kulakukan tak menuruti apa yang dikatakan dirimu?"

Madeleine masih belum menurunkan nada suaranya pada Oars yang hanya diam, masih enggan untuk membicarakan apa yang ia rencanakan. Dada Madeleine bahkan naik turun karena melepaskan emosi yang selama ini menggunung memenuhi dadanya. Matanya kini kian menatap tajam Oars yang masih saja enggan untuk membuka mulutnya.

"Menurutmu selama ini kau menganggapku apa Oars?!" tanya Madeleine kembali.

Madeleine membuang kasar gaun yang baru saja ia ganti kehadapan Oars.

"Aku tak akan pergi kesana sebelum ka-"

"Madeleine..."

Perkataan Oars yang lirih membuat Madeleine terdiam, tak sempat untuk melanjutkan ucapannya. Ia menatap Oars yang masih menundukan wajahnya .

"Apa kau tak mau hidup kita atau hubungan kita berjalan dengan lancar dan damai?" pertanyaan Oars membuat Madeleine kembali berpikir.

"Te-tentu saja aku mau.."

"Yang aku lakukan saat ini adalah memperjuangkan hak kita dan hidup kita"

"Jadi kumohon, tolong dukung aku dan bantu aku Madeleine"

Pertama kalinya, Madeleine mendapat tatapan permohonan dari seorang bangsawan. Meskipun derajaatnya tak terlalu tinggi tapi viscount termasuk gelar yang diberikan oleh keluarga kerajaan. Terlebih yang mengatakan adalah Oars, yang dimana itu membuat Madeleine lemah. Madeleine menghela nafas dan berjalan mendekati Oars yang tengah duduk di sisi kasurnya. Tangannya terulur untuk menyentuh rahang tegas milik Oars.

"Tapi yang kau lakukan ini tak akan membahayakanmu kan Oars?" tanya Madeleine lembut, selembut tatapannya.

"Aku berjanji" jawab Oars sembari membawa tangan lembut Madeleine yang tengah membelai rahangnya pada bibirnya untuk dikecupnya lembut.

"Aku juga berjanji akan membantumu,"

"Tunggu aku" ucap Madeleine seraya pergi meninggalkan Oars dengan membawa gaun yang tadi ia lemparkan.

30 menit Madeleine keluar hendak menghampiri Oars yang ia tinggalkan tadi. Namun saat ia kembali ke ruangan tempat ia meninggalkan Oars, pria itu sudah tak lagi ditempatnya.

"Oars!"

Tak ada jawaban. Saat ia hendak kembali memanggil nama pria itu, matanya menangkap secarik kertas coklat yang tergeletak begitu saja di atas meja riasnya.

Madeleine mengambil kertas tersebut dan membaca isinya perlahan.

'Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, aku sudah memanggilkan kereta kuda untuk mengatarmu ke istana, aku akan menemui disana. Jadi sampai bertemu di istana sayang'

Begitulah pesan yang tertulis di dalam kertas coklat tersebut. Madeleine segera mengambil sepatu berhak yang lumayan tinggi untuk ia cocokan dengan gaun yang ia kenakan. Tepat setelah ia selesai memakai sepatunya, kereta kuda sudah datang menjemputnya.

----------

Suasana pesta terlihat normal saat Madeleine telah sampai di istana. Kakinya semakin melangkah masuk kedalam ruangan dengan anggun. Tak lupa senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya.

"Bukankah kau si cantik yang menjadi pelayan di bar itu?"

Salah seorang pria bangsawan, pelanggan yang sering mengunjungi bar tempat ia bekerja menghadang langkah Madeleine ketika mereka berpapasan.

Madeleine membungkukan tubuhnya dengan tangan yang mengangkat sedikit gaunnya.

"Salam hormat saya Viscount Arman"

"Tak usah begitu, aku juga mengenalmu. Santai saja" ucapnya.

"Aku tidak menyangka kau bisa secantik ini dalam balutan gaun itu" lanjutnya memuji penampilan Madeleine setelah melihat dirinya dari bawah sampai ke atas.

Madeleine tersenyum penuh sampai menutup matanya. "Terima kasih banyak tuan Viscount, anda juga terlihat gagah"

"Kau selalu saja bisa merayu" ucapnya dengan pipi yang memerah. Madeleine tersenyum kembali menanggapi.

"Saya permisi tuan, ada hal yang harus saya lakukan" ucap Madeleine setelah matanya menangkap sosok Oars di tengah tengah pesta.

"Ya.. silahkan" ucapnya membiarkan Madeleine meninggalkannya, namun tak mengalihkan sedikitpun tatapannya pada Madeleine yang sudah pergi menjauh.

"Madeleine!" seseorang memanggil namanya membuat ia membalikan tubuhnya mencari sosok siapa yang memanggilnya.

Madeleine memutar bola matanya malas ketika tau siapa orang yang memanggilnya itu. Senyuman sudah tak menghiasi wajahnya lagi digantikan dengan wajah ketus yang siap memakan manusia yang mencari masalah dengannya.

"Cepat katakan apa maumu, aku tak punya waktu sekarang ini"

Madeleine tak mau lagi berbasa basi pada pada wanita di depannya yang baru saja tiba dengan tatapan angkuhnya menatap dirinya.

"Kau!" serunya sembari menunjuk Madeleine tajam.

"Aku tau sasaranmu siapa!"

Madeleine mengerutkan alisnya pertanda tak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita di depannya. "Jangan mencoba mendekati tuan Oars karena dia adalah bagianku!"

Madeleine memutar bola mata malas mendengar ocehan yang diucapkan oleh wanita di depannya.

"Dengar ya Garreta, silahkan saja kau menggodanya, tapi kita lihat apa pria itu akan tergoda atau hanya menganggapmu wanita bodoh"

Madeleine berlalu pergi meninggalkan Garret yang menggerutu sembari terus memanggil namanya yang tak ia hiraukan sedikitpun. Ia tak mau membuang buang waktunya untuk hal yang tak berguna.

"O-"

Baru saja ia hendak memanggil nama pria itu ketika pria itu berjalan melintas di depannya, namun kaisar Lurie III menghadang jalannya.

"Salam hormat saya yang mulia"

Madeleine dengan otomatis membungkukan tubuhnya dengan memegang dan mengangkat sedikit gaunnya pada sang kaisar dengan anggun.

"Siapa kau?" tanya sang kaisar sembari menatap tajam Madeleine dengan pandangan menilai dari bawah hingga ke atas.

"Saya Madeleine yang mulia, penduduk di desa kecil" ucap Madeleine memperkenalkan dirinya.

Ia berusaha agar suara yang keluar tidak bergetar karena aura intimidasi yang dikeluarkan sang kaisar sangat mengintimidasi dirinya. Sang kaisar menganggukan kepalanya lantas berlalu pergi begitu saja dari hadapan Madeleine.

Dirasa kaisar Lurie III sudah pergi dari hadapannya, Madeleine mengangkat kepalanya. Wajah Madeleine pucat, mungkin karena aura intimidasi yang di keluarkan kaisar Lurie itu.

Kesan pertama yang ia dapatkan adalah dingin dan angkuh. Tapi anehnya, Madeleine merasakan jiwa yang kesepian di dalam diri kaisar Lurie itu. Tipe orang yang sangat tak mau sedikitpun terlibat dalam keramaian dan orang yang membosankan.

Terlintas ucapan Oars yang meminta tolong padanya agar membuat sang kaisar mabuk.

Apa ini alasannya, Oars meminta tolong padanya? Madeleine menjadi merasa tertantang sekarang oleh sikap yang diperlihatkan oleh kaisar tadi. Lihat saja Oars aku akan membuat yang mulia berada dibawahku. Tekad Madeleine dalam batinnnya.

'Tapi bagaimana?!' teriak batinnya.

Pikirkan itu nanti saja, pertama Madeleine segera mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sang kaisar dimana. Setelah lama ia menatap liar sekitar untuk menemukan keberadaan sang kaisar ada dimana,

"Yang mulia!"

-

-

-

tbc