Waktu pelajaran telah usai, semua siswa diizinkan untuk pulang. Rasanya sangat menyenangkan mendengarkan bel itu, tapi tahun depan mereka akan merasakan tersiksanya bel itu, karena mereka harus mengikuti klub, sedangkan kelas tujuh saat ini tidak akan merasakan bel itu sebagai suatu akhir yang menegangkan.
"Oh iya, kalian nanti jangan kaget kalau misal rumah gue agak berantakan sedikit."
Mereka sepertinya memahami, bahwa sejujurnya tidak akan memikirkan sebuah kemungkinan yang sangat baik, jika sebuah masalah itu tidak akan menjadikan diri sendiri untuk melakukan semua itu.
Berjalan menuju rumah Baya saat ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama, karena rumahnya berada di sekitar kompleks sekolah ini, jadi untuk saat ini mereka tidak cukup pusing untuk memberikan sedikit banyak masalah tentang hal tersebut, jadi untuk saat ini, dia tidak mengeluh.
"Oh iya, ini rumah gue," katanya yang sudah sampai di depan rumah mereka.
Mereka memandang rumah itu dan mulai berpikir bahwa sebenarnya, apa yang sudah dipikirkan tentang 'lapangan pribadi' itu sendiri sudah merepresentasikan diri Baya yang sesungguhnya, jadi bagi Delon dan Kiro itu bukanlah suatu hal yang perlu dikagetkan.
"Gue salut ama lu berdua, kagak kaget aja gitu sama yang ada disini, mungkin lu berdua, termasuk orang yang gak punya emosi dan rasa bahagia," kata Irvan, yang sepertinya sedikit tertawa melihat mereka tidak merespons kekagetan ini.
"Rasanya, kita tidak perlu mempublikasikan alasan seseorang menyukai atau kagum dengan sesuatu, karena pastinya memang agak sedikit tersiksa jika kita tau bahwa pendapat kita nanti malah cenderung diabaikan karena masalah kecil."
Mereka memahaminya dan langsung untuk tidak berkata apapun atau bahkan sedikitpun, hingga mereka mengganti bajunya untuk melakukan kegiatan olahraga, karena memang hari ini seluruh kelas diwajibkan membawa baju ganti, yang ternyata tidak jadi digunakan, karena guru olahraga sedang ada pelatihan kerja.
"Ah sudahlah, jangan pikirkan apapun lagi tentang hal itu, lebih baik cepat berganti dan kita akan latihan, empat-empat, termasuk satu pemain cadangan, gue rasa pemain cadangan yang bisa kita bilang akan uji cobakan adalah Delon saja."
"Waw, semoga saja ini menjadi sesuatu yang tidak buruk bagi semua keputusan tim, soalnya kita ini kelas tujuh pertama akan melawan kelas sembilan tiga, gue gak ngerti kenapa kelas sembilan sampe dibagi tiga tim? Mungkin ada alasan yang tersembunyi dari semua hal-hal yang akan diberikan."
"Gue denger-denger pas upacara penerimaan, anggota ekskur terbanyak itu dari ekskur olahraga, ada top three nya malah, kalau gak salah basket, voli, sepak bola, terus urutan keempatnya ada sastra Indonesia."
"Lah buset, udah belajar bahasa malah belajar Sastra lagi, tapi seengaknya bagus deh, daripada harus belajar linguistik."
"Woi! Kejauhan! Linguistik mah belajar di kuliahan, kita cukup belajar apa yang kita perlu pelajari, jangan pelajarin yang aneh-aneh, makanya tuh otak lu udang. Kalah sama sih Delon and Kiro."
Kiro dan Delon sama-sama bersaing untuk menjadi urutan satu, bahkan olahraga sekalipun, mereka sangat unggul dalam strategi, namun lemah dalam melakukan atau praktek, tapi bagaimanapun untuk bola voli mereka sangat diandalkan untuk menjadi setter, sepak bola menjadi kiper dan untuk bola basket menjadi seorang blocker.
"Udahlah jangan bahas yang lain dulu, fokus dulu sama yang anak kelas tiga, karena bener menurut gue, agak susah untuk bahas hal-hal yang memang tidak bisa kita lakukan secara individu, kalau sebenernya Delon ditaruh di cadangan, itu karena kemampuan yang cocok untuk Kiro dan Delon itu kurang lebih sama, jadi jangan ada salah paham.
"Wait, lu ngira striker kita ini cukup pinter untuk nanganin situasi sulit, kayak bola yang direbut dari awal dengan cara kotor, ingat kelas tiga juara kompetisi, mereka punya seribu sata cara yang lebih sulit untuk menghadang kita, ini semua benar-benar mengandalkan insting kita untuk melakukan segala sesuatu."
Mereka semua nantinya akan paham pada akhirnya, bahwa sesungguhnya tidak akan lebih baik, memberikan semua masalah ini dengan lebih mudah kepada hal-hal bodoh seperti ini, tapi jauh dari itu, apapun keputusan Baya, sebagai kapten tim ini tidak akan membawa masalah dalam posisi strategi menyerang.
"Haduh, udahlah jangan diribetin, mending saling percaya aja, dah mulai."
Mereka melakukan peregangan, tak terkecuali Delon, karena Delon akan disimulasikan dalam pertandingan ini, berlawanan dengan Kiro, mungkin akan menjadi suatu hal yang bermasalah dalam intrik hari-hari berikutnya, jadi lebih baik untuk diam dan tidak berkata apapun.
"Hadeh, kamu Delon sudah tau akan ada masalah, bisa-bisanya kalau ini adalah suatu ide yang baik."
Kemudian, mereka memulai permainan, di babak pertama yang berlangsung kurang lebih 30 menit, Delon dan Kiro sama-sama mengimbangi, karena Kiro yang sebagai striker dan Delon sebagai kiper membuat mereka menjadi sama kuat.
"Waduh, bisa gila sih inimah, yakin banget gue mah."
Babak pertama yang sangat kuat ini membuat mereka memutuskan menggantikan posisi, dari sini kita akan melihat bagaimana Delon sebisa mungkin mencegah dia untuk tidak berkata apapun untuk tidak berkata sedikitpun lagi.
"Sekarang coba ganti posisi Kiro dan Delon jadi posisi striker jadi kita bisa tau apa yang jadi kekurangan mereka dan apa kelebihan mereka."
Mereka sekarang akan memasuki babak kedua dengan total 90 menit pertandingan, mungkin rasanya memang menegangkan, tapi ini adalah sesuatu yang cukup spesial, karena dua-duanya akan berada di satu posisi yang sama.
"Awas, Del, dari depan."
Delon mengatur posisi agar dia membelakangi orang tersebut yang membuat dia harus mengoper ke orang lain, posisi waktunya saat ini sudah berjalan 45 menit dan menghasilkan gol 2-2, di kubu lawan maupun dirinya sendiri, sepertinya mereka akan berusaha untuk struggle pada posisi ini, walau rasanya sangat sulit. Tapi, mereka tetap harus mencobanya agar dia tidak penasaran dengan macam strategi.
"Waw, ini adalah posisi yang sulit dimana sudah 1 jam 20 menit alias 80 menit, tapi posisi skor 3-3, ini gila sih, mungkin kita akan coba memberikan sebuah solusi yang sangat baik, untuk tidak memberikan sebuah kebodohan-kebodohan yang lain untuk membicarakan ini."
"Hadeh, kalian itu bener-bener aneh sebenernya, kenapa yak udah tau sama-sama kuat, tapi malah kalian pisahin jadi musuh," kata Irvan yang sebenernya tertawa melihat hasil pertandingan.
"Haduh, kan gue bilang apa, makannya keputusan Delon sama Kiro itu mending jadiin satu aja, kalau mereka ditaro di bangku cadangan pasti bakal langsung kelar urusannya, ini malah lu ajak tanding, ya jelas bakal saling kuat satu sama lain."
Akhirnya, dengan keputusan Irfan tersebut, dia melakukan sedikit ujicoba pada pertandingan lainnya dengan kata-kata yang mungkin tidak akan bisa diucapkan dalam hari-hari berikutnya.
"Ternyata ini belum bisa bikin mereka berdua deket," ucap Kemas yang berada di pinggir lapangan, yang melihati mereka sedang bertanding bola.