Pertandingan dilaksanakan dalama dua hari lagi, mereka semua melakukannya dengan giat, demi kemenangan tim yang sedikit banyak melakukan drama, tapi entah kenapa mereka senang, walaupun ada sedikit perbedaan pendapat, tapi kalau dipikir-pikir itu adalah sebuah hal yang wajar.
"Entahlah, kita akan menang atau enggak, pengalaman pertandingan kita gak akan jadi sebuah masalah dalam mencoba kemenangan-kemenangan yang lain."
Mereka terus melatih diri tanpa mencoba untuk menyatukan hati para pemain mereka, karena memang kalau dipikir-pikir, ada sesuatu yang lebih penting untuk dari sekedar mereka yang berusaha untuk tetap bersikap lebih tenang dan mencoba untuk lebih baik, tapi ketenangan itu dijamin tidak akan berlangsung lama.
"Pertandingan dua hari lagi, tapi sepertinya kita lupa sama sesuatu yang lebih penting daripada latihan," kata Kiro yang sepertinya memahami sesuatu diantara pada hal-hal ini.
"Apa?" tanya Irvan yang sepertinya tidak merasakan hal yang dirasakan oleh Kiro.
"Iya, gue kayaknya merasa bahwa tim ini sepertinya punya sesuatu yang kurang dan perlu diberikan tambahan ini, supaya ini bisa jadi sempurna."
"Gue ngerasa aja bahwa kita ini tidak dilengkapi dengan sesuatu yang disebut dengan penyatuan hati, memang saat ini latihan sudah semaksimal mungkin, tapi ketika elu gak merasa bahwa hati lu gak kompak, maka pertandingan itu sesungguhnya akan membuat kalian hancur sejak awal."
"Sepertinya, ini berkaitan sama kita yang berusaha ngambil bola dan egois buat nyetak angka, rasanya memang kita harus melakukan itu," kata Baya yang sepertinya berusaha untuk memikirkan juga tentang hal ini, walaupun memang rasanya sangat tidak adil untuk mereka pikirkan.
"Loh kenapa? Bukannya olahraga tim itu membutuhkan sebuah support dari para anggota tim nya biar bisa menang? Kenapa kalian sangat berambisi menjadi egois untuk mencetak angka."
"Maaf ya, dalam sepak bola itu gak bicara tentang penyatuan hati! Kalian semua diwajibkan buat egois, buat nyetak angka, kalau enggak begitu, kalian bisa kalah, lupakan saja dengan yang disebut tim, karena sesungguhnya kata itu yang akan menghancurkan mimpimu untuk jadi seorang yang hebat."
Perdebatan tentang penyatuan hati itu membuat mereka semua saat ini terpecah diantara dua kubu, alasan yang menginginkan penyatuan hati adalah simple karena mereka merasa bahwa sebenarnya menginginkan penyatuan hati tim untuk mencapai kemenangan, apalagi dunia olahraga sekarang ini banyak yang mengandalkan dirinya sendiri, daripada tim yang berhubungan dengan kolompok.
"Haduh, bener-bener sih emang, kalau seandainya bisa seribet ini, gue bakal mutusin gak akan main," kata Delon yang mulai kecewa karena idenya seolah tidak akan bisa diterima dengan baik.
Delon yang kecewa keluar dari lapangan, Kiro ikut dengannya. Karena, bagi mereka lebih dari sebuah pertandingan, ini adalah tentang sebuah pertemanan yang terikat dalam permainan, jadi tidak ada alasan untuk menentang ini semua dengan sangat kasar.
"Del, tunggu," kata Kiro yang sepertinya merasakan hal yang sama dengan Delon perihal masalah Delon yang tidak akan mau menyetujui ini.
Delon kemudian terus berlari tanpa adanya gubrisan dari dirinya sendiri kepada Kiro, dia sangat kesal. Bahkan, ubun-ubunnya akan melepuh sebentar lagi, alasan penolakannya itu sangat sederhana, tapi dia benar-benar tidak menyangka bahwa temannya akan menerapkan konsep itu dalam pertandingan.
Kiro berhasil mengenggam tangan dari Delon, rasanya ini adalah sesuatu yang tidak dapat ditolak lagi dan dia akan berbicara dengan dia sekarang. "Del, lu harus denger ini."
"Denger apa! Gue merasa bahwa ini tidak ada artinya lagi, gue capek, gue merasa bahwa apa yang gue pelajari selama enam tahun tentang saling melengkapi dalam permainan olahraga itu gak ada gunanya, ketika denger statement bodoh kayak gitu."
"Denger dulu! Gue gak bisa nyalahin siapa-siapa, tapi setidaknya kalau meningkatkan ego itu dengan setiap itu mencoba untuk mencetak skor, kita tentu gak tau bahkan apa yang terjadi di masa depan, bisa saja kekuatan tim kelas tiga yang kuat itu rubuh kalau kita mengandalkan hal tersebut."
"Tapi..."
"Gue tau lu ngebrontak dalam hati, tapi sekali ini aja kita ikuti arahan mereka, ini udah H-2 hari sebelum kegiatan ini selesai, gue gak mau tim ini hancur sebelum bermain dan apa lu lupa sama janji yang udah kita buat tempo hari?"