Dia hanya bisa memandang jendela yang sudah tak punya kaca sebab seseorang memecahkannya dengan pandangan mata yang sayu. Jari jemarinya mulai mengepal dengan kuat, dia mencoba sekuat tenaga untuk tidak mengumpat sekarang ini. Namun, itu semua seakan sia-sia saja, dia sama sekali tidak bisa mengontrol emosinya. Helaan nafas panjang menjadi saksi, bahwa dia memendam banyak emosi di dalam sana.
Sumpah demi apapun, nyatanya dia tidak bisa mempercayai bahwa Das Caremon benar-benar lolos sekarang.
"Kau membantunya kabur bukan?" tanyanya. Pandangan matanya mulai tertuju pada Carol. "Kau yang membuatnya kabur dari sini dan memanipulasi semuanya, bukankah begitu, Carol? Itu adalah hal yang wajar yang sering kau lakukan. Lama-kelamaan itu menjadi sangat basi dan mudah ditebak."
Carol hanya diam, dia bersandar di sisi pintu masuk sembari melipat tangannya rapi di atas perut.